IPMADO Se-Jawa dan Bali yang kepanjangan dari Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Dogiyai adalah Sebuah organisasi yang bergerak dibidang sosial. Organisasi tersebut berdiri setelah adanya pemekaran Kabupaten Dogiyai di Pegunungan Tengah Papua. IPMADO berdiri tanggal 30 Januari 2009 di Yogyakarta. IPMADO Se-Jawa dan Bali membawahi Beberapa Kota Studi yang tersebar di Jawa dan Bali. Masing-masing kota studi diantaranya Yogyakarta-Solo, Semarang, Jakarta, Bandung, Bogor, Surabaya dan Malang. IPMADO Pusat sementara berkedudukan di Semarang.*** by @dmin***
Mahasiswa adalah sosok yang selalu dinilai memiliki idealisme. Sikap kritis dan kepekaan sosial menjadi karakter khas mahasiswa. Memang benar mahasiswa memiliki peran signifikan dalam laju perjalanan bangsa, namun bukan berarti mahasiswa tanpa cela. Secara faktual, mahasiswa terbagi dalam dua tipe: ordinary student atau extraordinary student. Mahasiswa biasa-biasa saja atau mahasiswa luar biasa. Benarkah mahasiswa akan berkiprah nyata dan peduli pada kehidupan bangsa? Berperankah mahasiswa dalam mengontrol roda pemerintahan?
Mahasiswa tipe ordinary student adalah mahasiswa yang pasif. Menurut Dwi Budiyanto (2005), mahasiswa tipe ini adalah mahasiswa yang enggan terlibat dalam aktivitas perubahan sosial. Mahasiswa tipe ordinary student tidak memiliki kepekaan terhadap kondisi di tengah masyarakat. Mahasiswa tipe ini bukan berarti tidak memiliki potensi dan kapasitas. Mungkin memiliki kapasitas, namun mahasiswa tipe ini enggan mananggung resiko-resiko untuk menjadi bagian dari perubahan.
Mahasiswa tipe ordinary student seperti disindir Saratri Wilonoyudho (2008) yang terjebak di dunia “kapitalistik”. Berangkat ke kampus sekadar ”ritual” saja, tanpa niat tulus untuk mengembangkan intelektualitasnya. Indikatornya adalah malasnya mengerjakan tugas, malas membeli buku, malas membaca, malas menulis, malas berdiskusi dalam kelas, dan lain-lain. Mahasiswa hanya sibuk menyembah simbol-simbol keilmuan tanpa ”nafsu” dan perasaan untuk mengembangkannya. Targetnya sederhana, dapat ”simbol” intelektual yang berupa ijazah, diterima bekerja di pabrik dengan harapan hidup kaya raya sebagaimana diajarkan di TV-TV swasta negeri ini. Pertanyaannya, seberapa besar prosentase mahasiswa tipe ordinary student?
Sebagai bagian dari pemuda yang memperoleh pendidikan tinggi, mahasiswa dituntut mampu berperan lebih. Mahasiswa tipe ordinary student tidak akan memberikan kontribusi positif bagi setiap upaya perbaikan kehidupan bangsa dan negara. Tentu saja, refleksi kritis perlu dilakukan mahasiswa dengan mempertanyakan eksistensi dirinya dalam arus perubahan sosial. Mahasiswa dituntut menjadi mahasiswa tipe extraordinary student yang selalu memiliki idealisme, sikap kritis, kepekaan dan kepedulian sosial, dan keberanian menyatakan kebenaran. Jalannya roda pemerintahan merupakan salah satu bagian dari ruang kontribusi mahasiswa. Menyaksikan fakta pemerintahan yang belum sepenuhnya berjalan baik dan berpihak pada kemaslahatan masyarakat, mahasiswa perlu bertanggung jawab melakukan kontrol lewat sikap kritis- konstruktif.
Dalam mengawal jalannya pemerintahan, mahasiswa tidak saja berhenti pada aksi demonstrasi semata, namun juga dituntut mampu memberikan tawaran-tawaran solutif terhadap permasalahan bangsa. Maka, pusat analisis dan kajian kebijakan perlu didirikan dalam gerakan/organisasi kemahasiswaan. Sisi intelektualitas mahasiswa perlu ditunjukkan dengan menguasai permasalahan dan strategi pemecahannya. Hubungan interaktif gerakan/ organisasi kemahasiswaan dengan pemerintah perlu dijalin. Untuk mengontrol pemerintah, mahasiswa tak ada salahnya mendesak pemerintah untuk mengadakan temu interaktif dengan pihak mahasiswa. Selain itu, mahasiswa sudah saatnya berani “berperang” dengan tulisan dalam mengkritisi dan mengawasi jalannya pemerintahan. Siapkah mahasiswa memiliki sikap kritis-konstruktif terhadap jalannya pemerintahan?
Hidup manusia tentu tak berpisah dari dari perkembangan itu sendiri, perkembangan selalu saja terjadi dan dialami oleh setiap orang entah secara pribadi entah secara bersama-sama. Perkembangan tersebut bisa ke arah positif juga bisa ke arah negatif. Semua perkembangan tentu ada dampak atau pengaruhnya, sehingga diharapkan kepada manusia mau dan tidak harus menanggapinya, entah tanggapinya secara langsung yakni penyampaian dengan kata-kata, juga pengampaian tidak langsung yakni melalui media entah tulisan di media masa juga di buku-buku. Penyampaian langsung dengan kata-kata ini sekali dengar serta bisa lupa dan bisa terus-menerus mengingatnya jika disampaikan secara turun-temurun dan dari generasi ke generasi berikutnya. Selain itu penyampaian tidak lansung yakni dengan menggunakan media-media yakni; Koran, majalah dan buku-buku, cara ini bisa dipergunakan turun-temurun dan bisa dilihat pada saat kapan dan dimana saja jika memiliki media-media tersebut.
Perkembangan yang disampaikan melalui sarana tulis-menulis dapat diketahui oleh siapa saja yang tahu membaca juga memiliki buku atau media tersebut seperti, Koran, majalah, buleting dan lainnya. Bukan berarti hanya memiliki sarana tersebut saja, tetapi apa yang dimiliki tersebut harus dibaca hingga mengetahui isi buku tersebut sehingga bisa tahu kemana sedang dituju dengan pembangunan atau perkembangan yang sedang terjadi, terutama bisa menilai perkembangan kearah positif atau kearah negatif. Setelah mengetahui seluk-beluk perkembangan hingga jika perkembangan yang terjadi ke arah negatif bisa diarahkan kearah yang positif, sedangkan yang positif tetap dipertahankan hingga tidak terjerumus atau berubah ke dalam perkembangan pada arah yang negatif.
Namun sangat disayangkan bahwa masyarakat Dogiyai minat membaca masih sangat minim, walaupun kaum intelek telah menyampaikan perkembangan Dogiyai melalui tulisan-tulisan, baik mengenai perkembangan yang sudah terjadi juga memberitahukan para pemerintah cara bagaimana masyarakat Dogiyai di arahkan kepada arah perkembangan yang lebih baik dan lebih membangun. Semua masyarakat juga pemerintah lebih banyak waktu digunakan untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat dan merusak. minat membaca dikatakan sangat minim, apalagi menuliskan realita yang sedang terjadi di atas negri kabupaten Dogiyai yang baru saja dimekarkan.
Dengan melihat kurangnya minat pembaca dan penulis, realita yang sedang terjadi di Dogiyai mengalir begitu saja artinya karena kepada pemerintah tidak dikritik atau tidak dipublikasikan perbuatannya, maka pemerintah dapat berbuat seenaknya.
Wallaupun ada yang berusaha merumuskan dan mempublikasikannya tetapi masyarakat juga pemerintah sendiri tidak membacanya, sekalipun ada sebagian pemerintah yang membaca tetapi apa yang ditulis sedikit ke arah kritik pemerinttah berubah musim wajahnya menjadi muram. Keadaan ini menunjukan bahwa, pemerintah sendiri tidak mau menerima kritikan (tidak mau dikritik) dari orang lain, terutama jika seorang mahasiswa mengiritik atau memberontak kepada pemerintah entah secara langsung melalui demonsrasi entah secara tidak langsung melalui tulisan. Dan jika terjadi demikian, pemerintah langsung mengambil suatu kesimpulan dan memberi stigma kepada orang itu sebagai pemberontak dan pengiritik.
Akibat dari stigma ini mahasiswa itu tidak diterima pada saat terjadi tes penerimaan pegawai dan memusuhi orang itu sampai saling memaafkan juga saling menghabiskan nyawa. pada hal Bagi saya secara pribadi, saya menyadari bahwa sebenarnya kritik atau pemberontakan yang dibuat para mahasiswa juga sekelompok masyarakat tersebut sesuatu yang sangat baik dan harus diberi jempol, sebab melalui perbuatan tersebut memberikan jalan keluar atau membantu para pemerintah agar dapat menginstrospeksi diri dan membangun daerahnya ke arah yang lebih efisien. Selain itu melalui tulisannya tentang realita pada saat ini dapat dikenang pada hari-hari mandatang, serta dijadikannya sebagai pedoman pada kehidupan mendatang bagi peminat baca.
Orang Dogiyai yang sedang mengidam-idamkan dirinya mau terjung ke dalam dunia tulis-menulis dan membaca adalah betapa mulia dan indah tugasnya. Dimana ia bisa memberikan laporan yang benar dan sebanyak-banyaknya kepada masyarakatnya. Selain itu, melalui tulisan-tulisan yang digoreskan di atas kertas bisa memberikan kekayaan harta karung bagi warga sekitarnya, sebab kekayaan itu dapat dipergunakan selamanya selagi masih bisa difungsikan, oleh mereka yang punya minat yang tinggi dalam dunia membaca. Kepada orang Dogiyai selamat mengembangkan “minat membaca dan membaca dan membaca.” Hingga goresan huruf menutupkan mata, hati dan rationya.
Yogyakarta- Ikatan Pelajar dan Mahasiswa asal Dogiyai yang berdomisi di Kota Study Yogyakarta dan Solo telah mengelar kegiatan Re-Organisasi IPMADO JOGLO, sesuai dengan AD/ART bahwa kepengurusan lama telah berakhir masa jabatanya dengan periode 30 Januari 2009 sampai 30 Januari 2011, dan kepengurusan baru akan dilanjutkan mulai periode 30 Februari 2011 berakhir masa jabatannya 30 Februari 2013, kegiatan ini digelar di Kontrakan Dogiyai “Emaaowa” [2/19], pukul 10;00 sampai 04:00 WIB, dihadiri oleh 75 % peserta dari sekian banyak mahasiswa asal Dogiyai yang ada di Yogyakarta-Solo.
Acara Re-Organisasi IPMADO Joglo berjalan lancar sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, dalam acara ini telah dibahas beberapa agenda diantaranya, pertama Laporan pertanggungjawaban BPH IPMADO Joglo Lama, kedua Pembahasan AD/ART, ketiga Pemilihan Ketua BPH baru IPMADO Joglo. “Kegiatan Re-Organisasi ini dilaksanakan dalam sehari, karena masih memunyai agenda besar yaitu Re-Organisasi IPMADO Pusat [IPMADO] Se-Jawa dan Bali agar pelantikan setiap ketua di kota Study di Jawa dan Bali ” dan ini dilakukan sekaligus dalam menyukseskan kongres IPMADO Se-Jawa dan Bali yang akan digelar tanggal 24-26 Februari 2011. Kata Jhon B.Dimi sebagai Ketua Badan Formatur Se-Jawa dan Bali Sekaligus IPMADO Joglo.
Dua agendapun berlalu, kini memasuki pada agenda ketiga yakni pemilihan Badan Pengurus Harian yang baru dalam agebda yang ketiga pertama-tama dilakukan pemaparan visi misi ketiga kandidat yaitu, 1. Yohanes Kuayo, 2. Moses Tebay 3. Perdinan Adii. Pemilihan dilaksanakan dengan cara voting dengan jumlah peserta yang hadir. Setalah perhitungan suara dilaksanakan akhirnya dimenangkan Oleh Yohanes Kuayo. Yohanes Kuayo menjadi Ketua, Moses Sebagai Sekertaris dan Perdinan sebagai Sekertaris. “ Paguyuban Dogiyai milik kita Mahasiswa dogiyai maka semua kebijakan kita akan mengambil keputusan sama-sama” lanjut Melalui Organisasi Dogiyai ini mempersiapkan SDM [sumber daya Manusia] kabupaten Dogiyai ke depan. saya siap dikritik oleh anggota, namun kritikan yang membangun. hal ini demi menciptakan keharmonisan dalam IPMADO Joglo serta untuk mempersiapkan diri kita ke depan.Kata Yohanes Kuayo kepada redaksi Egedy News.
Kegiatan Re-Organisasi IPMADO Joglo ditutup dengan sambutan oleh Ketua terpilih dan sekaligus serah terima jabatan secara simbolis dari ketua BPH lama Yanuarius Goo kepada Yohanes Kuayo ketua baru yang terpilih. Sebagai umat kristiani telah menutup semua rangkaian kegiatan dengan doa yang dipimpin oleh Delpian Iyowau, [Agustinus Dogomo]