Kirim Berita Anda Melalui E_mail Kami

ipmadokorwilsesal@gmail.com

Mengubah paradigma “Organisasi Mahasiswa” Sebuah saran dan sumbangan pemikiran

Rabu, Desember 02, 2009

1. Mengkikis mentalitas yang menghambat kemajuan
- Malu bertanya: Pentingkah?
Bertanya itu penting, tetapi malu bertanya itu menjadi satu persoalan, malu bertanya pada hal tidak tahu, malu bertanya pada hal tidak mengerti, dan malu bertanya pada hal tidak paham, terus yang di inginkan dan yang di harapkan adalah semua harus mengetahui dan harus dipahami, tetapi hanya karena malu bertanya maka sendiri yang memperbodoh diri sendiri. Lalu kapan mau tahu? Lalu apa yang ingin di pelajari supaya tahu dan mengerti?
Bila selama ini malu bertanya sampai pada saat anda baca tulisan ini juga masih melekat pada diri anda, maka saatnya anda bertanya pada diri sendiri. dulu bahwa selama ini apa yang saya tahu, apa yang saya paham, apa yang saya belajar, setelah itu melempar kebiasaan buruk ini dan harus mencoba bertanya dan harus bertanya kepada siapa saja tentang hal yang kamu tidak tahu, karena hal ini akan membantu anda keluar dari kurungan itu. Sebab teman-teman lain, orang lain, bangsa lain sudah tidak malu lagi bertanya pada orang lain demi mengubah dirinya, demi memperbagai kondisi hidupnya, dan keadaan rakyatnya, dan ketika kita sudah di daerah dimana tempat kita akan mengabdikan dirinya kita akan ditanya apa yang anda belajar selama ini? Dan saat itulah akan anda merasakan dan menyesali kembali dengan berbagai pertanyaan kepada saya tidak bertanya pada orang yang mengerti dan paham? Dan pertanyaan kenapa-kenapa lain akan muncul dalam benak anda? Sekalipun kita akan jawab dengan kesombongan kita.

- Malas
Pasti yang membaca goresan tangan ini bertanya malas apanya? Malas mengubah diri dengan kebiasaan dan pola-pola yang lama, sebenarnya mengubah adalah hal yang baik. Tetapi generasi muda saat ini malas belajar? Malas menulis? Malas berorganisasi? Dan malas menyibukan diri dengan hal-hal yang bisa membantu proses pengemangan diri ke depan bila memiliki perencanaan hidup kedepan, tetapi tidak apa-apa juga kalau kebiasaan malas ini terus di pupuk pula, karena masyarakat Dogiyai saat ini banyak orang yag belajar, dan tidak apa-apa juga karena masyarakat memang sudah banyak yang bisa menulis, dan tidak usaha ikut-ikutan pula karena di masyarakat Dogiyai banyak yang bisa berorganisasi. Hanya saja karena kepedulian saya kepada generasi muda kedepan maka aku goreskan kata “malas” ini dalam tulisan karya ini.



- Malas tahu dengan keadaan
Sikap malas tahu dengan keadaan yang tengah terjadi adalah bukan sikap generasi muda anak negeri, ini adalah kebiasaan yang buruk, karena setidaknya dan sekurang-kurangnya manusia harus mengetahui apa yang sedang terjadi disekitarnya, apa lagi generasi muda anak negeri yang mempunyai kesempatan kedepan, karena penyesuaian dengan keadaan sekitar itu sangat membantu kita ke depan dalam kehidupan yang tidak menentu akan kemana esok hari, karena memang besok itu waktu dan keadaan yang tidak tentu, maka saatnya mengubah kebiasaan ini, biar kita mengetahui dan memahami apa yang orang biasa bilang “perubahan, perubahan itu terjadi dimana saja dan kapan saja tidak tentu.
Tunggu dan nanti
Ketika di dunia pelayanan contoh di kampus kita mau ketemu seorang dosen, sementara dosen tersebut sedang menerima tamu, asistennya menyatakan tunggu di luar, lalu kita tunggu sampai belum satu jam sudah gelisah, sudah satu jam sudah mulai maki-maki, dan lama kelamahan kita bosan dan pulang dengan kata-kata makian, sampai rauk wajahpun berubah lima derajat, sementara kitapun mempraktekannya, dalam menegerjakan tugasnya kitapun selalu menyatakan nanti, dan akan kaget katika waktunya tiba. Hal inipun tidak sadar bahwa hal yang harus kita ubah mulai dari sekarang, sehingga kedepan itu menjadi kebiasaannya, dan andapun tidak di marah dan di maki-maki oleh orang lain.


- Isme-isme

Sikap dan cara pandang egois, keluargais, margais, sukuis, agamais, ini adalah isme yang membungkus kemajuan diri kita selama ini adalah budaya dan kebiasaan lama dan cukup , saatnya kita menubur di dalam tanah, menyatakan diri dengan sikap “saya mau berubah” dan disertai dengan tindakan “saya harus belajar membuka diri, menyesuaikan diri dengan orang lain” dan mencari tempat dimana bisa kembangkan kelebihan-kelebihan yang kita miliki dalam diri.
- Tidak percaya diri
Kalau pribadi sebagai anak negeri yang menjadi harapan daerah, yang menjadi agen dari perubahan, dan sebagai stafet pembangunan, di sisi lain diri kita sendiri tidak percaya dengan apa yang menjadi modal awal tersebut, maka pertanyaannya siapa yang akan percaya lagi, sementara kita sendiri saja tidak percaya diri pada diri sendiri. Moyang telah mewariskan pedomannya bahwa “akiya owapa ka bo kouko mekako teka bagagoyaka” ada pandangan lain yang tengah mempertentangkan pandangan ini dengan pandangan modern yang sebenarnya kuno yakni “Dege bageka meege nimigoutai” hal ini adalah sikap dan pola pikir yang tidak percaya diri pada siapa kita itu sebenarnya? Dan apa yang kita belajar selama ini hanya untuk membuang waktu semata.
- Ambisi yang berlebihan
Ambisi adalah sikap yang harus ada di dalam diri masing-masing, tetapi ambisi-ambisi tersebut harus di dukung dan di imbangi dengan kesiapan dan kematangan hidup kita sendiri. Pribadi sebagai individu yang sedang mempersiapkan diri guna mewujudkan ambisi tersebut, seharusnya kita bertanya dan mengenali secara utuh dan sempurna secara mendalam terlebih dahulu di dalam diri kita lalu membenahi dan membentuk diri kita sendiri sebelum mengubah lingkungan yang lebih besar lagi.
- Kritikan yang tidak membangun
Hasil peliharaan budaya yang tidak mengubah adalah kritik pada waktu yang tidak tepat, yakni cerita di luar forum atau pertemuan, pada orang yang cerita ini sudah tahu bahwa ada pertemuan, tetapi dia tidak hadir. Lebih hancur dan lebih parah lagi kalau tidak pernah melibatkan diri di dalam kegiatan atau pertemuan tersebut, selain itu pula tidak mengikuti dan tidak tahu pasti, sementara lebih tidak professional lagi adalah orang yang ikut pertemuan tetapi saat pertemuan diam-diam saja lalu setelah keluar dari pertemuan lalu buat kelompok sendiri-sendiri dan bercerita sebenarnya tadi itu begini tapi, atau dengan perkataaan lain sebenarnya tadi itu harus begini dan begitu, labih parah lagi tadi dia bilang itu salah yang benar adalah ini, dan itu.
Ini perlu di ubah dan hal semacam itu sebaiknya tidak di pelihara, karena anda selain membiarkan dan sedang membicarakan keselahan orang lain. Kalau merasa itu penting, dan itu saudaramu beritahu dan saling memperbaharuinya.
- Cerita pada orang yang tidak tepat
Satu orang bercerita pada lainnya, ketua itu pilih kasih, bendara itu main pilih muka, sekretaris itu paling malas, dan lainnya, apa guna bicara dengan orang lain, kalau kesalahan itu dilakukan oleh orang lain, kalau memang itu sahabat dan rekan serta mempunyai niat yang baik untuk memperbaikinya harus bicara pada orang-orangnya di tempat dan waktu yang tepat.
- Menutup diri di balik ketidakmampuan
Ketika kita kenali diri, dan berhasil menemukan kelemahannya, tetapi terus menutup diri di balik ketidak mampuan, maka dengan sadar kita telah sedang menipu diri kita sendiri, dan akan muda kita menipu orang tua kita, masyarakat kita, dan daerah kita, kebiasaan ini telah sedang dan terus ada, maka itu kita tidak boleh membiarkan ada di dalam diri, bila kita sadar, mengerti, dan memahami bahwa hidup ini lama dan ada harapan masa depan yang cerah maka saatnya kita membakar sikap ini dan memustakan dari diri kita sebelum itu membawa generasi muda ke arah dan tujuan yang kita maksudkan.


- Iri hati
APA itu Iri hati? Sampai saat ini belum ada yang memperjelas apa itu iri hati, tetapi iri hati itu adalah kekerdilan pikiran manusia yang timbul akibat tidak mau berusaha dan tidak mau bekerjakeras seperti orang lain yang telah berhasil dalam mewujudkan impian dan harapan hidupnya. Iri hati ini juga adalah kekerdilan pola pikir manusia yang timbul akibat tidak mau disaingi oleh orang lain, orang yang menanamkan watak seperti ini selalu menginginkan pengakuan dari orang lain, mengharapkan orang lain untuk menghargai dan menghormati tanpa dia menghargai dan menghormati orang lain yang juga sama dengan dirinya. Manusia-manusia semacam ini sebenarnya orang yang tidak mengakui kelebihan orang lain, kemampuan orang lain, dan keberhasilan orang lain. Manusia kelompok ini selalu memaksakan diri untuk merebut pengakuan orang lain, supaya orang mengakuinya, orang-orang semacam ini juga tidak mampu dan tidak akan pernah mewujudkan kemampuan dan kelebihan yang dimiliki tersebut secara rill dan nyata agar orang mengakuinya. Tipe manusia semacam ini sebenarnya tidak mampu, dan ketidakmampuannya tersebut selalu mewujudkannya didalam tindakan-tindakan yang merugikan orang lain dan masyarakat lainnya yang membutuhkan orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mengubah lingkungan. Tipe manusia seperti ini maunya di akui. Dan akibat dari kekekerdilan pola pokir tersebut akan mempengaruhi dan menghambat bagi kemajuan baik diri, kelompok dan lingkungan yang lebih besar lagi. Akibat dari kebiasaan dan keterpurukan pikiran ini sudah lama melekat di kalangan orang Mee, dan orang Mee tidak pernah kikis pikiran ini. Pikiran ini menjadi virus dan setan dalam penyesuaian kemajuan dan perkembangan di kalangan kita. Akibat lebih besar dari orang-orang yang tidak mau mengubah dirinya, tetapi justru selalu memelihara, maka orang-orang yang berpotensi dan memiliki kemampuan untuk mengubah keadaan masyarakat menjadi korban, bahkan sampai telah menghabiskan nyawa manusia lain. karena iri hati anak-anak hilangkan waktu dan kesempatan untuk sekolah, dan banyak contah kasus lainnya. Maka apa bila hal ini ada di antara kita lebih baik kita ubah karena generasi muda anak negeri saat ini sangat dinanti-nanti oleh masyarakat di daerah asal kita.

- Ada nama organisasi, ada orang yang dipercayakan, tetapi tidak ada kegiatannya.
Ada organisasi ikatan ini, ikatan itu, ada paguyuban ini, ada paguyuban itu, tetapi tidak pernah ada kegiatan, kegiatan yang ada itu adalah kegiatan main volley, kegiatan acara dance, acara miras, dan ada pertemuan karena ada acara wisuda, ada kegiatan karena ada dekat bulan desember yang sebentar lagi natal, dan lainnya. Sementara ada program kerja organisasi, ada kegiatan organisasi, dan ada orang-orang merencanakan programnya tetapi tidak di jalan. Hal ini sudah menjadi budaya lama dengan organsiasi lama, maka marilah kita berubah dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa membawa kita kearah yang lebih baik, karena masa depan negeri ada di tangan kita.

- Semangat ikut pertemuan bermotif ganda
Pertemuan di gelar bila ada isu pemerintah daerah akan ke kota study, dan saat pertemuan dengan pemerintah daerah juga menghadiri pertemuan, orang hadir memadati ruangan, dan bahkan orang yang tidak pernah dating dlam pertemuan, dan mereka yang tinggal di sudut kota manapun hadir. Dalam hal ini pemerintah daerah bukan pengurus organisasi, pemerintah daerah adalah pelaksanakan program pembangun di daerah, tetapi karena sudah menjadi budaya maka yang bukan anggota organisasi dari itu, tetapi dengan pakaian yang setengah rapi sudah duduk di depan.

b. Kesadaran diri
1. Kesadaran adalah Modal awal untuk mengubah kebiasaan
Kalau bukan saya siapa lagi? Sepengkal kata ini dengan sadar atau tidak sadar kita sering mengucapkan hari-hari. Sadar adalah modal utama dan mengenali diri sendiri adalah langkah awal yang menjadi modal utama kemajuan dan berkembang, saat ini sadar akan diri adalah menjadi tuntutan bagi generasi muda, karena disana akan menemukan siapa sebenarnya diri kita sendiri. Dengan cermat kalau terus kita mengenali diri sebenarnya manusi mempunyai kelemahan dan kelebihan. Kelemahan tersebut bila terus di pupuk maka akan terus tumbuh subur dan itu sebenarnya hal yang baik, maka itu kelemahan tersebut harus dikubur dengan cara belajar dan melatih diri terus-menerus guna mengkikis kelemahan tersebut, karena kelemahan yang ada di dalam diri itu akan menjadi benteng dari kemajuan diri dan akan menghambat kemajuan dan perkembangannya. Kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing anak negeri merupakan modal, karena kelebihan tersebut adalah potensi bagi diri kita dan modal awal dalam kemajuannya, dan dimana terkumpulnya orang-orang yang memiliki potensi dan kelebihan, potensi tersebut akan mampu mendorong pada suatu proses perubahan dalam diri, dalam keluarga dan dapat mendorong perubahan di dalam masyarakat di tanah air ini. Tetapi bila terus biarkan kelemahan itu membungkusi dan menutupi diri, maka dengan sadar manusia itu sedang membiarkan masalah besar dalam dirinya, sedang memelihara sesuatu dalam dirinya yang menghambat kelemahan selama ini dalam kemajuan dirinya sendiri. Bila itu terus akan menjadi pohon penghambat untuk memandang siapa dirinya kedepan. Bila seseorang mengenali dirinya ada potensi atau kelebihan yang melekat di dalam dirinya, dan bila tidak mengembangkan kelebihan yang dimiliki sebagai warisan cinta dari Allah kepada kita secara langsung, maka sendirilah yang sedang membunuh modal kelebihan yang memberi sinar hidup baginya kedepan, dan manusia seperti ini akan mengharapkan orang lain untuk mengubah dirinya.
sentiment? Kalau kita sadar dan kenali diri sendiri lalu saling mengenal satu sama lain apa perbedaan-perbedaan yang selama ini kita pelihara ini akan menjawab dan mendorong perubahan serta kemajuan di tengah-tengah masyarakat. Dengan mempertahankan eksistensi kota studi itu apakah kita juga akan bawah perbedaan itu dan sentiment itu ke daerah? Tidak juga terus menyiadakan perbedaan itu, tetapi perbadaannya apa, ini penting untuk memperjelas perbedaannya, dan juga terus menjadi perdebatan apa persamaan kita antara generasi muda yang sama-sama akan kembali ke daerah, dan akan mengabdikan dirinya dalam pelayanan dan penyelenggaraan proses pembangun di daerah. Saya juga sangat tidak mengharapkan akan muda bersatu sekalipun sudah saling mengenal, karena tidak ada hal prinsip yang menjadi perbedaan dan tidak ada juga hal prinsip yang menjadi persamaan, terus yang membedakan kita itu apa? Dan apa yang samakan kita? Selanjutnya apakah kita akan bersatu? Dan apa yang akan menyatukan kita nanti? Generasi yang sudah bersatu selamat karena meraka ini sudah sadar dan sudah menata dirinya, dan selamat juga bagi generasi yang belum bersatu, karena juga sedang akan berusaha membangun persatuan dan kesatuan antara mereka. Selamat pula kepada lainnya, karena mereka tidak sadar mengapa harus bersatu, dan apa guna membangun persatuan. Disini hanya mau di garis bawahi bahwa generasi muda anak negeri akan kembali ke daerah dimana berasal dan kehadiran di daerah yang sama tetapi karena selalu memupuk perbedaannya maka yang akan terjadi adalah persaingan-persaingan antara pribadi ini dan pribadi itu, antara kota study itu dan kota study ini. Dan muda-mudahan tidak terjadi di daerah ini. Karena dampak dan akibat ulah kaum intelektual terus akan mengorbankan rakyat, sementara rakyatnya terus menderita dibawah persaingan dan pertontongan tikai antara kaum intelektual itu nantinya. Tetapi bila terus kikis kelemahan itu dan kelebihan yang menjadi potensi itu terus kita kembangkan, maka selanjutnya akan memudakan kita mengenali siapa saya dan siapa diri orang ini? Lalu akan lebih mempererat hubungan kita dan saudara kita lainnya, maka sangatlah muda untuk saling membantu, saling mengingatkan dan saling melengkapi, dan akan kompak dalam tindakan di daerahnya. Dan ketika generasi muda bersatu, disana akan mampu mengubah keadaan tersebut. (Sesco Dimi)
BACA TRUZZ... - Mengubah paradigma “Organisasi Mahasiswa” Sebuah saran dan sumbangan pemikiran

 
 
 

Pengikut

Daftar Isi