Kirim Berita Anda Melalui E_mail Kami

ipmadokorwilsesal@gmail.com

Mengubah paradigma “Organisasi Mahasiswa” Sebuah saran dan sumbangan pemikiran

Rabu, Desember 02, 2009

1. Mengkikis mentalitas yang menghambat kemajuan
- Malu bertanya: Pentingkah?
Bertanya itu penting, tetapi malu bertanya itu menjadi satu persoalan, malu bertanya pada hal tidak tahu, malu bertanya pada hal tidak mengerti, dan malu bertanya pada hal tidak paham, terus yang di inginkan dan yang di harapkan adalah semua harus mengetahui dan harus dipahami, tetapi hanya karena malu bertanya maka sendiri yang memperbodoh diri sendiri. Lalu kapan mau tahu? Lalu apa yang ingin di pelajari supaya tahu dan mengerti?
Bila selama ini malu bertanya sampai pada saat anda baca tulisan ini juga masih melekat pada diri anda, maka saatnya anda bertanya pada diri sendiri. dulu bahwa selama ini apa yang saya tahu, apa yang saya paham, apa yang saya belajar, setelah itu melempar kebiasaan buruk ini dan harus mencoba bertanya dan harus bertanya kepada siapa saja tentang hal yang kamu tidak tahu, karena hal ini akan membantu anda keluar dari kurungan itu. Sebab teman-teman lain, orang lain, bangsa lain sudah tidak malu lagi bertanya pada orang lain demi mengubah dirinya, demi memperbagai kondisi hidupnya, dan keadaan rakyatnya, dan ketika kita sudah di daerah dimana tempat kita akan mengabdikan dirinya kita akan ditanya apa yang anda belajar selama ini? Dan saat itulah akan anda merasakan dan menyesali kembali dengan berbagai pertanyaan kepada saya tidak bertanya pada orang yang mengerti dan paham? Dan pertanyaan kenapa-kenapa lain akan muncul dalam benak anda? Sekalipun kita akan jawab dengan kesombongan kita.

- Malas
Pasti yang membaca goresan tangan ini bertanya malas apanya? Malas mengubah diri dengan kebiasaan dan pola-pola yang lama, sebenarnya mengubah adalah hal yang baik. Tetapi generasi muda saat ini malas belajar? Malas menulis? Malas berorganisasi? Dan malas menyibukan diri dengan hal-hal yang bisa membantu proses pengemangan diri ke depan bila memiliki perencanaan hidup kedepan, tetapi tidak apa-apa juga kalau kebiasaan malas ini terus di pupuk pula, karena masyarakat Dogiyai saat ini banyak orang yag belajar, dan tidak apa-apa juga karena masyarakat memang sudah banyak yang bisa menulis, dan tidak usaha ikut-ikutan pula karena di masyarakat Dogiyai banyak yang bisa berorganisasi. Hanya saja karena kepedulian saya kepada generasi muda kedepan maka aku goreskan kata “malas” ini dalam tulisan karya ini.



- Malas tahu dengan keadaan
Sikap malas tahu dengan keadaan yang tengah terjadi adalah bukan sikap generasi muda anak negeri, ini adalah kebiasaan yang buruk, karena setidaknya dan sekurang-kurangnya manusia harus mengetahui apa yang sedang terjadi disekitarnya, apa lagi generasi muda anak negeri yang mempunyai kesempatan kedepan, karena penyesuaian dengan keadaan sekitar itu sangat membantu kita ke depan dalam kehidupan yang tidak menentu akan kemana esok hari, karena memang besok itu waktu dan keadaan yang tidak tentu, maka saatnya mengubah kebiasaan ini, biar kita mengetahui dan memahami apa yang orang biasa bilang “perubahan, perubahan itu terjadi dimana saja dan kapan saja tidak tentu.
Tunggu dan nanti
Ketika di dunia pelayanan contoh di kampus kita mau ketemu seorang dosen, sementara dosen tersebut sedang menerima tamu, asistennya menyatakan tunggu di luar, lalu kita tunggu sampai belum satu jam sudah gelisah, sudah satu jam sudah mulai maki-maki, dan lama kelamahan kita bosan dan pulang dengan kata-kata makian, sampai rauk wajahpun berubah lima derajat, sementara kitapun mempraktekannya, dalam menegerjakan tugasnya kitapun selalu menyatakan nanti, dan akan kaget katika waktunya tiba. Hal inipun tidak sadar bahwa hal yang harus kita ubah mulai dari sekarang, sehingga kedepan itu menjadi kebiasaannya, dan andapun tidak di marah dan di maki-maki oleh orang lain.


- Isme-isme

Sikap dan cara pandang egois, keluargais, margais, sukuis, agamais, ini adalah isme yang membungkus kemajuan diri kita selama ini adalah budaya dan kebiasaan lama dan cukup , saatnya kita menubur di dalam tanah, menyatakan diri dengan sikap “saya mau berubah” dan disertai dengan tindakan “saya harus belajar membuka diri, menyesuaikan diri dengan orang lain” dan mencari tempat dimana bisa kembangkan kelebihan-kelebihan yang kita miliki dalam diri.
- Tidak percaya diri
Kalau pribadi sebagai anak negeri yang menjadi harapan daerah, yang menjadi agen dari perubahan, dan sebagai stafet pembangunan, di sisi lain diri kita sendiri tidak percaya dengan apa yang menjadi modal awal tersebut, maka pertanyaannya siapa yang akan percaya lagi, sementara kita sendiri saja tidak percaya diri pada diri sendiri. Moyang telah mewariskan pedomannya bahwa “akiya owapa ka bo kouko mekako teka bagagoyaka” ada pandangan lain yang tengah mempertentangkan pandangan ini dengan pandangan modern yang sebenarnya kuno yakni “Dege bageka meege nimigoutai” hal ini adalah sikap dan pola pikir yang tidak percaya diri pada siapa kita itu sebenarnya? Dan apa yang kita belajar selama ini hanya untuk membuang waktu semata.
- Ambisi yang berlebihan
Ambisi adalah sikap yang harus ada di dalam diri masing-masing, tetapi ambisi-ambisi tersebut harus di dukung dan di imbangi dengan kesiapan dan kematangan hidup kita sendiri. Pribadi sebagai individu yang sedang mempersiapkan diri guna mewujudkan ambisi tersebut, seharusnya kita bertanya dan mengenali secara utuh dan sempurna secara mendalam terlebih dahulu di dalam diri kita lalu membenahi dan membentuk diri kita sendiri sebelum mengubah lingkungan yang lebih besar lagi.
- Kritikan yang tidak membangun
Hasil peliharaan budaya yang tidak mengubah adalah kritik pada waktu yang tidak tepat, yakni cerita di luar forum atau pertemuan, pada orang yang cerita ini sudah tahu bahwa ada pertemuan, tetapi dia tidak hadir. Lebih hancur dan lebih parah lagi kalau tidak pernah melibatkan diri di dalam kegiatan atau pertemuan tersebut, selain itu pula tidak mengikuti dan tidak tahu pasti, sementara lebih tidak professional lagi adalah orang yang ikut pertemuan tetapi saat pertemuan diam-diam saja lalu setelah keluar dari pertemuan lalu buat kelompok sendiri-sendiri dan bercerita sebenarnya tadi itu begini tapi, atau dengan perkataaan lain sebenarnya tadi itu harus begini dan begitu, labih parah lagi tadi dia bilang itu salah yang benar adalah ini, dan itu.
Ini perlu di ubah dan hal semacam itu sebaiknya tidak di pelihara, karena anda selain membiarkan dan sedang membicarakan keselahan orang lain. Kalau merasa itu penting, dan itu saudaramu beritahu dan saling memperbaharuinya.
- Cerita pada orang yang tidak tepat
Satu orang bercerita pada lainnya, ketua itu pilih kasih, bendara itu main pilih muka, sekretaris itu paling malas, dan lainnya, apa guna bicara dengan orang lain, kalau kesalahan itu dilakukan oleh orang lain, kalau memang itu sahabat dan rekan serta mempunyai niat yang baik untuk memperbaikinya harus bicara pada orang-orangnya di tempat dan waktu yang tepat.
- Menutup diri di balik ketidakmampuan
Ketika kita kenali diri, dan berhasil menemukan kelemahannya, tetapi terus menutup diri di balik ketidak mampuan, maka dengan sadar kita telah sedang menipu diri kita sendiri, dan akan muda kita menipu orang tua kita, masyarakat kita, dan daerah kita, kebiasaan ini telah sedang dan terus ada, maka itu kita tidak boleh membiarkan ada di dalam diri, bila kita sadar, mengerti, dan memahami bahwa hidup ini lama dan ada harapan masa depan yang cerah maka saatnya kita membakar sikap ini dan memustakan dari diri kita sebelum itu membawa generasi muda ke arah dan tujuan yang kita maksudkan.


- Iri hati
APA itu Iri hati? Sampai saat ini belum ada yang memperjelas apa itu iri hati, tetapi iri hati itu adalah kekerdilan pikiran manusia yang timbul akibat tidak mau berusaha dan tidak mau bekerjakeras seperti orang lain yang telah berhasil dalam mewujudkan impian dan harapan hidupnya. Iri hati ini juga adalah kekerdilan pola pikir manusia yang timbul akibat tidak mau disaingi oleh orang lain, orang yang menanamkan watak seperti ini selalu menginginkan pengakuan dari orang lain, mengharapkan orang lain untuk menghargai dan menghormati tanpa dia menghargai dan menghormati orang lain yang juga sama dengan dirinya. Manusia-manusia semacam ini sebenarnya orang yang tidak mengakui kelebihan orang lain, kemampuan orang lain, dan keberhasilan orang lain. Manusia kelompok ini selalu memaksakan diri untuk merebut pengakuan orang lain, supaya orang mengakuinya, orang-orang semacam ini juga tidak mampu dan tidak akan pernah mewujudkan kemampuan dan kelebihan yang dimiliki tersebut secara rill dan nyata agar orang mengakuinya. Tipe manusia semacam ini sebenarnya tidak mampu, dan ketidakmampuannya tersebut selalu mewujudkannya didalam tindakan-tindakan yang merugikan orang lain dan masyarakat lainnya yang membutuhkan orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mengubah lingkungan. Tipe manusia seperti ini maunya di akui. Dan akibat dari kekekerdilan pola pokir tersebut akan mempengaruhi dan menghambat bagi kemajuan baik diri, kelompok dan lingkungan yang lebih besar lagi. Akibat dari kebiasaan dan keterpurukan pikiran ini sudah lama melekat di kalangan orang Mee, dan orang Mee tidak pernah kikis pikiran ini. Pikiran ini menjadi virus dan setan dalam penyesuaian kemajuan dan perkembangan di kalangan kita. Akibat lebih besar dari orang-orang yang tidak mau mengubah dirinya, tetapi justru selalu memelihara, maka orang-orang yang berpotensi dan memiliki kemampuan untuk mengubah keadaan masyarakat menjadi korban, bahkan sampai telah menghabiskan nyawa manusia lain. karena iri hati anak-anak hilangkan waktu dan kesempatan untuk sekolah, dan banyak contah kasus lainnya. Maka apa bila hal ini ada di antara kita lebih baik kita ubah karena generasi muda anak negeri saat ini sangat dinanti-nanti oleh masyarakat di daerah asal kita.

- Ada nama organisasi, ada orang yang dipercayakan, tetapi tidak ada kegiatannya.
Ada organisasi ikatan ini, ikatan itu, ada paguyuban ini, ada paguyuban itu, tetapi tidak pernah ada kegiatan, kegiatan yang ada itu adalah kegiatan main volley, kegiatan acara dance, acara miras, dan ada pertemuan karena ada acara wisuda, ada kegiatan karena ada dekat bulan desember yang sebentar lagi natal, dan lainnya. Sementara ada program kerja organisasi, ada kegiatan organisasi, dan ada orang-orang merencanakan programnya tetapi tidak di jalan. Hal ini sudah menjadi budaya lama dengan organsiasi lama, maka marilah kita berubah dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa membawa kita kearah yang lebih baik, karena masa depan negeri ada di tangan kita.

- Semangat ikut pertemuan bermotif ganda
Pertemuan di gelar bila ada isu pemerintah daerah akan ke kota study, dan saat pertemuan dengan pemerintah daerah juga menghadiri pertemuan, orang hadir memadati ruangan, dan bahkan orang yang tidak pernah dating dlam pertemuan, dan mereka yang tinggal di sudut kota manapun hadir. Dalam hal ini pemerintah daerah bukan pengurus organisasi, pemerintah daerah adalah pelaksanakan program pembangun di daerah, tetapi karena sudah menjadi budaya maka yang bukan anggota organisasi dari itu, tetapi dengan pakaian yang setengah rapi sudah duduk di depan.

b. Kesadaran diri
1. Kesadaran adalah Modal awal untuk mengubah kebiasaan
Kalau bukan saya siapa lagi? Sepengkal kata ini dengan sadar atau tidak sadar kita sering mengucapkan hari-hari. Sadar adalah modal utama dan mengenali diri sendiri adalah langkah awal yang menjadi modal utama kemajuan dan berkembang, saat ini sadar akan diri adalah menjadi tuntutan bagi generasi muda, karena disana akan menemukan siapa sebenarnya diri kita sendiri. Dengan cermat kalau terus kita mengenali diri sebenarnya manusi mempunyai kelemahan dan kelebihan. Kelemahan tersebut bila terus di pupuk maka akan terus tumbuh subur dan itu sebenarnya hal yang baik, maka itu kelemahan tersebut harus dikubur dengan cara belajar dan melatih diri terus-menerus guna mengkikis kelemahan tersebut, karena kelemahan yang ada di dalam diri itu akan menjadi benteng dari kemajuan diri dan akan menghambat kemajuan dan perkembangannya. Kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing anak negeri merupakan modal, karena kelebihan tersebut adalah potensi bagi diri kita dan modal awal dalam kemajuannya, dan dimana terkumpulnya orang-orang yang memiliki potensi dan kelebihan, potensi tersebut akan mampu mendorong pada suatu proses perubahan dalam diri, dalam keluarga dan dapat mendorong perubahan di dalam masyarakat di tanah air ini. Tetapi bila terus biarkan kelemahan itu membungkusi dan menutupi diri, maka dengan sadar manusia itu sedang membiarkan masalah besar dalam dirinya, sedang memelihara sesuatu dalam dirinya yang menghambat kelemahan selama ini dalam kemajuan dirinya sendiri. Bila itu terus akan menjadi pohon penghambat untuk memandang siapa dirinya kedepan. Bila seseorang mengenali dirinya ada potensi atau kelebihan yang melekat di dalam dirinya, dan bila tidak mengembangkan kelebihan yang dimiliki sebagai warisan cinta dari Allah kepada kita secara langsung, maka sendirilah yang sedang membunuh modal kelebihan yang memberi sinar hidup baginya kedepan, dan manusia seperti ini akan mengharapkan orang lain untuk mengubah dirinya.
sentiment? Kalau kita sadar dan kenali diri sendiri lalu saling mengenal satu sama lain apa perbedaan-perbedaan yang selama ini kita pelihara ini akan menjawab dan mendorong perubahan serta kemajuan di tengah-tengah masyarakat. Dengan mempertahankan eksistensi kota studi itu apakah kita juga akan bawah perbedaan itu dan sentiment itu ke daerah? Tidak juga terus menyiadakan perbedaan itu, tetapi perbadaannya apa, ini penting untuk memperjelas perbedaannya, dan juga terus menjadi perdebatan apa persamaan kita antara generasi muda yang sama-sama akan kembali ke daerah, dan akan mengabdikan dirinya dalam pelayanan dan penyelenggaraan proses pembangun di daerah. Saya juga sangat tidak mengharapkan akan muda bersatu sekalipun sudah saling mengenal, karena tidak ada hal prinsip yang menjadi perbedaan dan tidak ada juga hal prinsip yang menjadi persamaan, terus yang membedakan kita itu apa? Dan apa yang samakan kita? Selanjutnya apakah kita akan bersatu? Dan apa yang akan menyatukan kita nanti? Generasi yang sudah bersatu selamat karena meraka ini sudah sadar dan sudah menata dirinya, dan selamat juga bagi generasi yang belum bersatu, karena juga sedang akan berusaha membangun persatuan dan kesatuan antara mereka. Selamat pula kepada lainnya, karena mereka tidak sadar mengapa harus bersatu, dan apa guna membangun persatuan. Disini hanya mau di garis bawahi bahwa generasi muda anak negeri akan kembali ke daerah dimana berasal dan kehadiran di daerah yang sama tetapi karena selalu memupuk perbedaannya maka yang akan terjadi adalah persaingan-persaingan antara pribadi ini dan pribadi itu, antara kota study itu dan kota study ini. Dan muda-mudahan tidak terjadi di daerah ini. Karena dampak dan akibat ulah kaum intelektual terus akan mengorbankan rakyat, sementara rakyatnya terus menderita dibawah persaingan dan pertontongan tikai antara kaum intelektual itu nantinya. Tetapi bila terus kikis kelemahan itu dan kelebihan yang menjadi potensi itu terus kita kembangkan, maka selanjutnya akan memudakan kita mengenali siapa saya dan siapa diri orang ini? Lalu akan lebih mempererat hubungan kita dan saudara kita lainnya, maka sangatlah muda untuk saling membantu, saling mengingatkan dan saling melengkapi, dan akan kompak dalam tindakan di daerahnya. Dan ketika generasi muda bersatu, disana akan mampu mengubah keadaan tersebut. (Sesco Dimi)
BACA TRUZZ... - Mengubah paradigma “Organisasi Mahasiswa” Sebuah saran dan sumbangan pemikiran

Tengoklah Ke Belakang Sebelum Melangkah

Kamis, Juni 11, 2009

Kata orang pengalaman adalah guru yang sangat baik, itu benar. coba kita lihat banyak orang disekitar kita yang memmunyai pengalaman masa lampau dan itu dijadikan sebagai acuan untuk mencapai hidup yang diinginkannya. Belajarlah dari pengalaman, mungkin kita pernah mendengarkan hal tersebut dan itu membuat kita berfikir akan hal tersebut ya atau tidak. Guru yang baik adalah Pengalaman yang mengajarkan kita menjadi lebih baik lagi dan terus berupaya membangun hal menjadi lebih sempurna ya walaupun kesempurnaan itu tidak bisa kita miliki. Mengetahui hal yang sangat berguna dan membuat itulah hubungan antara pengalaman dengan belajar. Pengalaman mengajarkan untuk menjadi lebih baik.

Kenapa kita harus belajar dari pengalaman? jawabannya adalah karena pengalaman merupakan guru yang sangat baik untuk kita. Guru itu bukan hanya berupa sesosok yang nyata tapi juga bisa berupa guru yang tidak nampak tapi bisa kita rasakan keberadaannya. Apa hubungannya jika kita mau mengetahui hal yang baik dari hal tersebut, lalu bagaimana belajar dari pengalaman? Belajar dari pengalaman seperti yang telah disampaikan kita harus jeli melihat hal sekalipun hal tersebut sangat kecil tapi yang terpenting kita harus bisa mengambil manfaat dan selalu bermanfaat.


Dalam perjalanan perjalanan hidup ini, kita mungkin kerap kali melihat kesalahan orang lain dibanding dengan bercermin pada diri kita sendiri. Kuman diseberang lautan tampak sementara gajak dipelupuk mata tak tampak. Begitulah sifat yang barangkali masih kita miliki. Kita, begitu jelas melihat kesalahan orang lain. Dan, godaan terbesar kita adalah menyebarkan kesalahan itu kepada orang lainnya.
Inilah godaan yang sering membuat kita lalai. Kita begitu asik membicarakan kesalahan orang lain, borok-borok orang lain. Padahal, kita yakin sepenuhnya membuka aib itu sama halnya memakan bangkai saudara sendiri. Ketika kita menyadarinya dengan kadar iman yang ada, tentu tak mau melakukannya. Namun, kadang dominasi bisikan setan lebih besar dari kadar keimanan kita.

Jujur, saya agak berat untuk membicarakan persoalan ini. Karena, sepanjang pengingatan. Ternyata, saya juga masih saja sering spontan membicarakan keburukan orang. Kadang, malah melontarkan secara jelas siapa orangnya, sosok yang melakukan kesalahan itu. Hanya, kemudian yang terbesit dalam hati, semoga saja, setelah goresan ini dipostingkan, akan menjadi pengingat agar kita lebih berhati-hati ketika berbicara.

Adakalanya kesalahan itu kita perbuat tanpa kesadaran dan jauh dari akal sehat kita sedangkan kita harus bisa belajar dari kesalahan yang pernah kita perbuat. Janganlah meremehkan kesalahan yang kecil maupun besar akan tetapi kesalahan yang besar ada karena kesalahan yang kecil ditumpuk-tumpuk sehinggan menjadi besar seperti Bola Salju kurang lebihnya. Kita sebagai mahluk yang diberikan akal dan fikiran sungguh tidak layak jika perbuatan kita sama seperti Binatang yang tidak mengetahui mana yang salah dan mana yang benar oleh karena itulah kita harus berupaya melakukan hal yang terbaik untuk mencapai hal yang baik pula. Belajar itu tidak hanya dari satu atau dua hal tapi bisa belajar dari banyak hal tergantung bagaimana kita mau dan mengidentifikasikan hal tersebut menjadi baik untuk kita. Bagaimana kita belajar dari kesalahan? Jawabannya adalah mengidentifikasikan dan juga mencari hal yang baik dan bermanfaat dari kesalahan yang kita perbuat sehingga tidak mengulanginya. Temukan hal positif dari setiap kesalahan yang kita perbuat dan jugu berupaya menanamkan kaidah atau manfaat yang senantiasa bermanfaat khususnya untuk kita sendiri.

Belajar dari kesalahan dan pengalaman merupakan hal yang positif untuk diri kita mencapai hal yang baik pula sehingga kita bisa mengetahui apa-apa yang kita bisa ambil dan pelajari dari kesalahan dan pengalaman yang memberikan kita sesuatu hal yang tak ternilai harganya. Sungguh indah bukan?. Kita bisa memetik hikmah dari kesalahan orang lain untuk menjadi pembelajaran bagi diri kita. Bukan justru mengumbarnya sehingga melupakan momentum bahwa sebenarnya kesalahan itu justru membuat pengingat diri kita untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Namun, mari kita belajar dan berupaya menjadikan kita sebagai orang yang berguna dangen belajar dari kesalahan dan pengalaman untuk memperkaya kita dan juga sebagai modal kita untuk terus mewujudkan kita menjadi seorang yang penuh makna. Yang terpenting juga jangan takut untuk melakukan kesalahan tapi yang perlu kita takuti adalah tidak bisa memperbaiki dari kesalahan yang diperbuat dan mampu dupertanggung jawabkan. Berani karena benar takut karena salah itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup kita ini. ***Semoga*** [Egeidaby]
BACA TRUZZ... - Tengoklah Ke Belakang Sebelum Melangkah

PEMEKARAN WILAYAH MEMEKARKAN POLA PIKIR MANUSIA

Senin, Juni 08, 2009

Egeidaby--Dalam Rapat koordinasi kerja (Raker) Ikatan pelajar dan Mahasiswa Dogiyai di JogJakarta, tanggal (6/06), Sesco B. Dimi, mengawali pengarahannya dengan menjelaskan bahwa Pemekaran wilayah telah dipandang sesuatu yang mampu menyelesaikan persoalan-persoalan rakyat, dengan pandangan demikian mendorong kelompok-kelompok elit local yang terdiri dari kaum Intelektual, elit politik, dan elit birokrasi dari setiap daerah menyatukan diri dan mendorong pemekaran wilayah, gelombang awal dicobanya dengan memekarkan provinsi Papua, dimana provinsi Papua di dorong menjadi tiga Provinsi yakni provinsi Irian Jaya Barat, Provinsi Irian Jaya Tengah, dan Provinsi Irian Jaya Timur, kemudian Irian Jaya Barat sepakat dengan pemekaran beberapa wilayah kabupaten, seperti kabupaten Paniai saat itu. Sementara dari daerah lainnya mulai menyusun kekuatan-kekuatan elit dan mendorong berbagai pemekaran kabupaten, Pemekaran wilayah dari kabupaten induk ke kabupaten baru ini telah mengelompokan orang dalam satu administrasi wilayah, dimana orang-orang tersebut menyatakan dan menunjukan diri sebagai orang yang berasal dari daerah tersebut, dengan demikian sifat meninggikan diri dengan kedaerahan tersebut bermunculan sebagai sikap, dengan sikap ini pulalah pola pikir manusia sebagai satu etnis suku semakin pudar, kini kabupaten bukan lagi lintas suku, tetapi sudah masuk ke dalam suku, pemekaran kabupaten paniai di ikuti oleh Dogiyai dan disusul lagi dengan Deiyai sekarang.

Dengan pemekaran-pemekaran wilayah kabupaten ini, kita berpikir bahwa pemekaran wilayah ini tidak serta merta mengikuti pemekaran dalam segi lainnya, tetapi dengan pemekaran wilayah ini sudah memekarkan pemikiran-pemikiran orang, dan semakin dikotak-kotakan pemikiran manusia, dimana suku mee mengaku diri bahwa bukan Nabire tetapi dari kabupaten Dogiyai, Paniai, dan Deiyai. demikian hanya dengan berpikir seperti itu saja ada bibit-bibit isme dan sentiment-sentimen wilayahnya.


MAHASISWA DOGIYAI
Dengan demikian generasi muda yang sedang ada di bangku studi saat ini, setelah kuliah pasti akan kembali ke kampung masing-masing di Dogiyai, disana kita sedang dinantikan oleh Masyarakat, kita akan terkontaminasi dengan lingkungan yang ada, selanjutnya kita akan mempertebal isme kampung dalam satu pergolakan politik lokal hasil ciptaan senior di masing-masing daerah.
Selanjutnya lelaki kelahiran kampung Egebutu ini menyatakan bahwa ada keprihatinan dengan arah generasi muda ke depan, mengingat masing-masing daerah yang tadinya distrik itu secepatnya dan sekejap didepan mata telah berubah status menjadi kabupaten. Dengan semangat pelaksanaan Otonomi daerah yang sedang di maknai sarinya dengan memekarkan kabupaten-kabupaten baru itu.

Semangat otonomi khusus terlepas dari dinilai efektif atau tidak efektif, elit-elit lokal baik elit politik, elit birokrasi maupun kaum intelektual semakin melirik-lirik celah dengan pemekaran, lirikannya bukan berpikir bagaimana arah pembangunan daerah-daerah pemekaran tersebut dengan kondisi obyektif saat ini, tetapi harus dapat apa di wilayah pemekaran kabupaten ini?.
Dalam kesempatan ini lanjutnya saya sebagai senior dari Mahasiswa Dogiyai di Jawa dan Bali merasa senang dan bangga ketika adik-adik mahasiswa Dogiyai memiliki pandangan dan punya satu ikatan mahasiswa yang solid dan mampu mengkoordinir hingga bisa bertemu dan melakukan diskusi-diskusi tentang perkembangan dan keadaan di kabupaten Dogiyai.
Putra kelahiran Lembah hijau Kamuu, Kampung Egebutu 27 tahun yang lalu ini, dalam kapasitasnya sebagai perintis dan pendiri IPMADO, beliau memberikan beberapa saran kepada Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Dogiyai (IPMADO) yang tengah menggelar Rapat Koordinasi kerja di JogJakarta, dalam penjelasannya Sesco Dimi menggaris bawahi bahwa Mahasiswa Dogiyai harus bersatu dan independen.
Petikan pandangan dan uraian penjelasan yangbermanfaat bagi Ikatan Mahasiswa Dogiyai dalam penjelasannya adalah sebagai berikut:

Dalam sambutannya sebagai senior yang merintis terbentuknya IPMADO di Jawa dan Bali ini mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan pengurus IPMADO dan seluruh anggota IPMADO yang mengundang saya sebagai senior dalam acara rapat kerja ini, rasa hormat dan kebanggaan saya, disini saya hanya memberikan beberapa pandangan saya tentang bagaimana kedepan Ikatan ini. Hal yang pertama adalah, “merubah paradigma organisasi” artinya IPMADO yang adik-adik sudah bentuk ini sebagai langkah awal dimana adik-adik bisa bertemu, bisa tukar pikiran dan harapan saya kekompakan dan persatuan serta persatuan dalam Ikatan ini terus dijaga dan terus dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang sifatnya bisa saling memberi dorongan, memotivasi satu sama lainnya dan saling mengingatkan. Lanjutnya (sesco: red,) bahwa adik-adik harus merubah paradigma organisasi atau ikatan. IPMADO jangan seperti organisasi mahasiswa Papua lain pada umumnya, yang mana selama ini organisasi atau paguyuban berfungsi seolah ada apabila ada kegiatan natal atau acara wisuda, bukan seperti itu yang kakak harapkan, tetapi adik-daik harus jadikan IPMADO sebagai tempat untuk belajar dan melatih diri, artinya adik-adik belajar bagaimana cara berorganisasi yang baik, contohnya: bagaimana cara memimpin pertemuan dengan baik. Menjadikan IPMADO tempat berlatih mulai dari hal yang kecil, melatih diri dan membiasakan diri mengemukakan pendapat didepan forum, menanggapi pernyataan atau pendapat lawan bicara, melatih dan belajar bagaimana menghargai pendapat orang lain, dan bagaimana mendengarkan pembicaraan lawan bicara.

Lebih dari itu, jangan selalu menutup dan mengurung diri dengan egoisme yang nanti akan mencelakakan diri sendiri ke depan. Selanjutnya dengan tegas beliau mengingatkan kepada adik-adik bahwa pemekaran wilayah sedang memekarkan pola pikir dan pola pemahaman seseorang ke arah isme-isme itu. Dengan demikian saya tegaskan bahwa IPMADO Se Jawa-Bali harus dan mampu menyatukan Mahasiswa Dogiyai kedepan, dalam satu kesatuan organisasi mulai dengan satu pemahaman bahwa kalau bukan generasi muda kedepan siapa yang akan menanggung dosa paket pemekaran itu, ungkapnya dalam rapat koordinasi kerja tersebut. IPMADO harus membangun mitra dengan siapa saja, dan dengan elemen apa saja ke depan, salah satunya adalah dengan Pemeintah Daerah Dogiyai sendiri. Namun pemerintah Dogiyai pun harus menyadari dan memahami akan hal ini. Pemerintah Dogiyai pun jangan membuat dan menanamkan bibit-bibit perpecahan antara mahasiswa setiap kota studi, tetapi diharapkan juga bahwa pemerintah Daerah Dogiyai memberikan dukungan dan mendorong penyatuan mahasiswa secara nasional.

Yang terpenting bagi adik-adik harus Independen, pengurus yang ada sekarang ini mampu mencari waktu untuk menggali dan mengkaji persoalan-persoalan yang ada di daerah, khususnya di Dogiyai dan rajin menulis sehingga itu bisa menjadi masukan, saran, serta kritikan kepada pemerintah Daerah Dogiyai dalam merumuskan Strategi pembangunan di daerah.
Mahasiswa yang tak lama lagi akan wisuda dari kampus Institut Manajemen Jakarta ini juga menyatakan, bahwa satu hal yang perlu diingat adalah Pilkada untuk Dogiyai akan digelar tahun 2010, perlu ada sikap dan pernyataan dari mahasiswa yang harus dituangkan dalam bentuk tulisan sebagai pencerahan politik bagi masyarakat awam. Dikarenakan, banyak kasus terjadi di dalam pemilu 2009, dimana terjadi penyimpangan-penyimpangan yang merugikan rakyat, juga caleg-caleg bersama parpolnya. Akibatnya, di beberapa kampung di Dogiyai terjadi konflik dan kontak fisik. Pengalaman ini mengingatkan kita, bahwa sebagai mahasiswa dengan sikap netral tanpa memihak kepada siapa pun. Mahasiswa memunyai sikap dan bukan bahwa berarti mahasiswa berpolitik saya tidak bermaksud seperti itu, tetapi sebagai anak daerah yang peduli akan pembangunan tentu tidak menginginkan terjadi masalah lagi dalam Pilkada nanti. Namun eksistensi kita sebagai mahasiswa harus tetap di pertahankan dalam sikapnya.
Mengakhiri pembicaraannya beliau menegaskan kembali bahwa mahasiswa Dogiyai dimana pun berada saatnya harus bersatu, menata diri, menata pemahaman dan menentukan arah generasi muda Dogiyai kedepan dalam hal ini khususnya pendidikan dan pengembangan sumber daya Manusia Dogiyai.
Seruan-seruan penyatuan anak negeri Dogiyai

Pernyataan penyatuan Mahasiswa Dogiyai ini dipertegas juga oleh beberapa mahasiswa Dogiyai di Jawa-Bali; salah satunya oleh Yakobus Woge selaku Kordinator kota studi JogJakarta bahwa “memang di Jogja sini khusus untuk mahasiswa Papua sudah terkotak-kotak, namun kami mahasiswa Dogiyai pada prinsipnya sepakat bahwa kami tetap bersatu dan sepakat akan mendorong semangat persatuan generasi muda dikalangan anak-anak Dogiyai. Disisi lain kami juga akan membangun kemitraan dengan paguyuban-paguyuban mahasiswa Papua yang ada di kota studi Jogjakarta, juga dengan yang lainnya, salah satunya kami sudah membangun kerjasama dengan beberapa pihak kampus di daerah Jogjakarta.

Selanjutnya disambut juga oleh Bernard Agapa, ketua IPMADO Kota Studi Jakarta, kami di Jakarta secara kuantitas mahasiswa Dogiyai memang belum begitu banyak, tetapi mahasiswa Dogiyai yang ada di kota studi Jakarta sudah bersatu dan sedang memulai dengan menggelar beberapa kegiatan, diantaranya: kegiatan mengumpulkan tulisan-tulisan tentang apa saja, lalu kami mencoba membedahnya, dan hasilnya kami sajikan dalam Blogger Ikatan, www.ipmadojkt-news.co.cc. Di sisi lainnya, kami juga menghadapi persoalan dalam mengkoordinir karena luasnya kota Jakarta, tetapi untung kami bisa komunikasi via sms atau telpon genggam, yang terpenting bagi kami adalah kalau kami sudah bersatu, pasti lainnya juga akan bersatu, maka kami tetap mengajak teman-teman untuk bersatu.

Yosias Tebai, ketua IPMADO kota studi Surabaya mengatakan, di Surabaya kapasitas mahasiswa masih minim, namun dengan semangat yang dimiliki mahasiswa asal Dogiyai, kegiatan sering berjalan dan akan berjalan terus. Kegiatan yang kami lakukan seperti: anyam noken kemudian jual, dan beberapa kegiatan lainnya yang bisa menyatukan kami semua. Walau dalam prosesnya banyak kendala yang kami hadapi.

Suara-suara perempuan Dogiyai

Lidia Adii, Mahasiswi Stikes Wira Husada Jogjakarta, menyatakan bahwa mahasiswa sebagai punggung, jangan kita santai-santai sepanjang kita dalam studi, karena di daerah bukan membutuhkan teori-teori, tetapi di daerah saat ini membutuhkan orang-orang yang mampu menyelesaikan persoalan rakyat. Sementara itu, kita jangan buru-buru bermimpi bahwa semudah kita bisa bersatu, karena teman-teman dari kota studi lain belum tentu menerima, contoh di Jayapura, mereka terlalu banyak juga, sementara selama kita komunikasi dengan mereka pun hanya sekedar person-person dan juga hanya sebatas persahabatan, maka kita tanyakan dulu kepada mahasiswa di sana, selain itu belum tentu pemerintah Daerah Dogiyai sepakat dan mendukung persatuan kita, tetapi saya optimis bahwa dengan semangat “Generasi muda Dogiyai” apa susahnya kita bersatu.

Ance Waine, kita bicara persatuan, tetapi apa konsep persatuan mahasiswa yang kita tawarkannya dan bagaimana caranya kita bisa menyatukan, apa lagi kami mahasiswa baru yang sedang memulai belajar di sini. Selain itu saya juga setuju dan sepakat kalau mahasiswa khususnya Dogiyai bersatu dalam satu ikatan dan persatuannya.
Kalau kita sadar bahwa setelah selesai kuliah dan kita akan kembali ke Dogiyai, dan di sana kita akan buat apa kalau kita masih berbeda terus dan itu berlanjut dalam pemahamannya dan hal ini jangan kita biarkan terus tetapi kita harus akhiri.

Sikap IPMADO, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam konggres Mahasiswa Dogiyai di Semarang (16/5), kami tetap akan mendorong persatuan dan kesatuan antara Mahasiswa Dogiyai secara nasional, sekalipun teman-teman kota studi lain mereka tidak setuju akan hal itu, karena kota yang tidak setuju itulah yang selama ini tanamkan sikap Egois dan sentiment kebanggaan kota studinya.

Matheus Auwe Selaku ketua Ikatan Pelajar Mahasiswa Dogiyai Se-Jawa dan Bali, dengan semangat persatuan dari teman-teman di setiap kota studi, saya tetap akan mendorong persatuan dan kesatuan bagi Mahasiswa Dogiyai secara nasional guna membangun pemahaman mahasiswa Dogiyai kedepan.

Ikatan pelajar dan Mahasiswa Dogiyai se Jawa dan Bali menyeruhkan kepada mahasiswa Dogiyai di seluruh kota study bahwa “pentingnya membangun persatuan dan pemahaman persatuan ” dalam satu wadah


Salinan hasil pertemuan rapat koordinasi kerja IPMADO

BACA TRUZZ... - PEMEKARAN WILAYAH MEMEKARKAN POLA PIKIR MANUSIA

KEMASAN IDE-IDE DARI KAMAR RENUNG UNTUK DOGIYAI

Kamis, Juni 04, 2009


Oleh: Sesco B Dimi
Dengan bermunculan berbagai pemekaran yang tidak terkendali di Papua, bukannya terjadi pembangunan namun yang bermulan hanyalah berbagai masalah yang dihadapai masyarakat.

MASALAH SOSIAL
Sejalan dengan latar belakang Budaya dan Kehidupan Sosial masyarakat, masyarakat Papua secara umum dan masyarakat Dogiyai pada khususnya yang mengedepankan nilai-nilai, norma-norma dan kaidah-kaidah yang berlaku di kalangan masyarakat, serta disempurnyakan oleh pedoman Hidup dari Agama dan Sosial dalam kehidupan bermasyarakat sebagai dasar, dalam perkembangannya nilai-nilai, norma-norma dan kaidah-kaidah tersebut cenderung mengalami penurunan secara signifikan yang berdampak kehidupan masyarakat sebagai individu, sebagai makluk social dan sebagai makluk ciptaan Tuhan, dengan tergesernya nilai-nilai yang mencerminkan jati diri Orang “Mee” telah di kikis dengan berbagai pengaruh yang masuk dari luar, dengan demikain berdampak negatif pada persatuan dan kesatuan masyarakat. Pola pergeseran ini telah sedang terjadi dan secara perlahan mulai musnah dari kehidupan, ada pemusnahan yang di lakukan oleh gengsi-gengsinya orang Dogiyai dengan atribut dan kekayaan budaya yang menyatakan saya adalah orang Dogiyai, dan saya adalah suku Mee, selain itu dengan arus persiangan aliranaliran dan persiangan ideologi, ekonomi maupun politik telah menerang langsung dalam kehidupan rakyat Masyarakat Dogiyai dan suku Mee pada umumnya.


Pergeseran-pergeseran tersebut terjadi dalam dua bentuk, yakni pergeseran cara dan pola pikir dan pergeseran secara fiisk dalam gaya hidup atau Life Style yang terjadi dan bisa kita temukan dalam banyak contoh kasus di Dogiyai. Secara khsusus masalah-masalah social adalah sebagai berikut:

Peredaran dan Perdagangan minuman keras (Miras)
Air yang selama ini kita minum adalah air kali, jernih dan bening warnanya dari kali disetiap kampung sekalipun tidak masak, setelah selesai melakukan satu kegiatan, setiap orang yang melakukan suatu kegiatan dan setiap orang yang merasa dirinya haus akanair maka lekas dia akan cari air dan air merupakan kebutuhan hidup. Maka wajar jika seseorang habis melakukan satu pekerjaan membutuhkan air putih dan minum air putih, kebiasaan ini rasanya kuno, (Rasa kuno) oleh generasi muda.

Pola pikir generasi muda bahwa minum air putih adalah kuno “berpikiiran bahwa orang yang minum air putih setelah melakukan suatu kegiatan adalah kuno” merupakan perubahan pola pikir. Sehingga generasi muda saat ini berpikir bahwa selesai melakukan suatu kegiatan harus minum Extra joss atau karatindeng, ada yang berpikir karatindeng adalah minuman orang tua akhirnya sasarannya bir, bir tidak cukup wisky, jenever, dan akhirnya ke alcohol 100%.
Di lembah kamuu, tepatnya di terminal samping kali Tuka, ada sekelompok pemdua yang mabuk, lalu menahan dan menagih penngendarai baik beroda dua mapun beroda empat, bukan cuma itu saja, tetapi ada beberapa kasus yang sempat heboh dengan beberapa masalah yang dipicu hanya karena akibat mabuk.

Disini bukan mempersoalkan kasusnya tetapi ini adalah pengaruh dan pola pikir orang lain yang sedang kita terapkan di Daerah Dogiyai, maka sebelum hal ini menjadi satu kebiasaan dan menjadi satu kebutuhan, Dengan demikian bila mabuk-mabukan ini dibiarkan terus, arah hidup kita akan ke mana di waktu-waktu mendatang? Kita jadi apa di negeri kita senidiri? Dan kalau kita juga diam oleh siapa akan datang mengatur? Dengan demikian persoalan ini yang dilakukan juga oleh kita sendiri, dari kita anak-anak Dogiyai sendiri, dan untuk apa gunanya bagi masyarakat Dogiyai? maka itu bagaimanapun sebagai mahasiswa asal daerah Dogiyai harus kita diskusikan tentang peredaran miras di Dogiyai, mulai dari siapa yang menjual hingga mengungkap jaringan dagang miras sampai pengusaha mirasnya. Kita juga harus mengetahui di mana (di rumah siapa? Di kampung mana? Dan oleh siapa?) menjual Miras di moanemani.

Lalu bagaimana sikap kita terhadap hal ini? Apakah hanya sebatas diskusi atau hanya sekedar tukar pikiran dan bersikap malas tahu dengan keadaan ini? Semua itu menjadi pilihan dan hak memilih anda dijamin Hukum, tetapi sebagai anak negeri dan generasi muda penerus misi pembangunan saya mengajak teman-teman untuk turut berdiskusi juga dan memberikan pendapat anda, lalu kita berikan kontribusi pemikiran kita tentang miras di daerah Dogiyai, itu akan lebih bermanfaat dari pada kita jadi pemabuk dan akibat dari mabuk nyawa kita jadi taruhan di negeri Jawa.

Dengan demikian teman-teman menperjelas kajiannya sesuai dengan jurusan anda masing-masing. Contoh dari anak-anak yang kuliah di fakultas kesehatan bisa kritisi dari segi pengaruh miras terhadap kesehatan, atau lainnya. Sama pula dari jurusan ekonomi, miras segi pemenuhan kebutuhan hidup lainnya.

Pengadaan tempat biliyard di Moanemani yang tidak srategis
Biliyard adalah satu jenis permainan, permainan biliyard memang asyik, bahkan kadang menyta waktu, energy, dan biaya kadang kalah. Permainan biliyard itu hiburan, tetapi yang saya mau tekankan disini adalah layak tidak permainan biliyard itu di buka di moanemani? Contoh kasus Tempat biliyard sudah ada di Dogiyai, tepatnya di samping kantor post di Moanemani, dekat jalan, dan jga dekat dengan sekolahan.

Kalau menurut saya dari layak dan tidak layaknya bisnis biliyard di moanemani tiu tidak layak sama sekali, dari yang ada saja tempat, dekat dengan persekolahan, ini akan mengganggu kosentrasi belajar, dan ini akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan proses belajar dari siswa dan siswi, dan ini akan menjadi penghambat dalam proses pengembangan Sumber daya manusia.
Sayapun tidak yakin apa yang saya pikir itu benar atau tidak, karena kemungkinan besar demi meningkatkan pendapatan daerah pasti pemerintah sedang melirik bahwa itu menjadi satu sumber pendapatan daerah. Tetapi bagaimana pandangan dari teman-teman mahasiswa terhadap hal ini?

Maskawin

Harta maskawin merupakan nilai barang. Dan secara adat itu suatu keharusan yang di berikan oleh pihak lelaki yang minang kepada pihak pihak perempuan atas anak gadis yang diminangnya. Secara adat memang belum pernah di tentukan berapa nilai harta yang harus di bayar. Proses pernikahan adat di tandai dengan taruh maskawin yang di saksikan oleh tokoh-tokoh masyarakat, dan di sepkati oleh kedua belah pihak.

Sementara nilai seorang perempuan secara pribadi sebagai manusia tidak bisa di banding atau di setarakan dengan nilai barang atau uang. Di sini sya mau tekankan bahwa semua manusia tidak bisa di bayar dengan atau di setarakan dengan harta benda. Namun venomena di dalam masyarakat yang di pengaruhi dengan situasi dan desakan dan tuntutan kebutuhan nilai seorang perempuan dalam maskawin harus di bayar mahal. Pandangan lain menyatakan bahwa perempuan adalah asset keluarga dari sisi ekonomisnya. Pandangan semacam ini dan pola pikir ini harus di rubah, karena seorang perempuan gadis bukan barang, wajar kalau di dunia lain memperdagangkan perempaun seperti di Indonesia dengan jaringan sindikat dagang perempuan. Dan hal ini tidak harus kita contohi di Dogiyai. Karena itu bukan budaya dan adat kita, adat kita menyatakan bahwa seorang perempuan diakui dia sebagai seorang manusia dan jenis kelaminnya dia seorang perempuan. Status perempuan dalam adat kita hanya di batasi pada beberapa larangan adat.

Dari segi adat: Manusia dalam hal ini seorang perempuan bila dijodohkan, bukan soal nilai hartanya, tetapi nilai sosialnya, artinya filosofi adat mee secara umum menyatakan bahwa “Mee iyo dan mee gadi” ini mengadung makna mee umitou, bukan berarti benda atau harta yang harus menjadi targetan akhir dari sebuah proses perkawinan dengan membayar dengan senilai uang yang besar.

Dari segi Agama: beranak cucu, bukan berarti berinvestasi dan berdagang artinya seorang gadis perempuan boleh menikah dengan seorang pemuda, dan bisa beranak cucu seberapapun sepanjang masih usia produktif.

Pemerintah: dalam hal ini karena factor kepadatan pertumbuhan penduduk di Indonesia bagian pulau lain, meratakan secara nasional dengan satu produk kebijakan nasional yakni dengan Keluarga Berencana, tetapi pada kenyataannya di Jawa seperti di kota bandung dalam satukeluarga ada tujuh sampai delapan bersaudara, sementara di Papua khususnya di Dogiyai dengan jumlah pendudukan yang tidak mencapai puluhan ribu, dengan tingkat pertumbuhan angkah kelahiran yang rendah pertahun, apakah layak di berlakukan. Ini juga menjadi masalah, namun disini perlu di kaji secara lebih kedalam dan boleh di diskusikan dengan di kalangan teman-teman sesuai dengan basis ilmu yang sementara anda tekuni di bangku kuliah.
Harga barang

Di Papua pada umumnya tidak merata, contoh kasus rambutan di pasar Nabire bisa anda beli dengan harga Rp. 5000/kilo, sementara di Jayapura jangan kita heran kalau harga rambutan satu kilo mencapai 7500; mungkin beda di Paniai atau Timika. Barang lainnya, harga minyak tanah di Nabire pasti tidak sama dengan harga jual minyak tanah di Mapia atau di Kamuu, begitu juga di kabupaten Paniai.

Sementara harga satu tumpuk nota yang di jual oleh mama-mama di pasar Moanemani pasti beda dengan harga nomo satu tumpuk di Mapia. Berbagai variasi harga barang di Papua yang tidak menentu dengan satu standar harga. Perbedaan harga barang ini juga juga dapat di lihat dari sarana dan prasarana pasar, hubungan atau jarak angkut dan biaya angkut.

Di Dogiyai khususnya, tidak merata Harga barang jualan di pasar maupun di kios semakin naik sementara daya beli dari masyarakat dan tingkat pendapat masyarakat sendiri tidak tentu, dengan demikian hal ini menjadi tantangan dan membutuhkan kebijaksanaan dari para pengambil kebijaksanaan, selain itu factor dan unsure-unsur lainnyapun turut harus di pertimbangan. Disni perlu kajian menyeluruh, mulai dari pola perekonomian rakyat dan tingkat produktivitas dari setiap basis ekonomi di masyarakat, sementara ini juga berkaitan dengan harga bahan dan ongkos pengadaan

Bagaimana pandangan teman-teman dalam melihat masalah ini, dan bagaimana solusi yang rekanan pikir itu efektif dan bisa di terima oleh semua kalangan.
Anak terminal
Anak terminal sebenarnya tidak etis di gunakan istilah anak terminal, tetapi anak terminal selalu identik dengan nama terminal, sementara terminal itu sendiri tempat transisi bagi orang yang datang dan orang yang akan bepergian.

Dari segi social anak terminal adalah kamunitas masyarakat yang berkumpul dan melakukan kegiatannya di terminal, dan si terminal juga rentang muncul masalah kapan saja.
Dari segi lain, terminal berkaitan dengan penataan kota, dan lainnya adalah pengaturan lalu lintas kendaraan. Maka di sini juga tidak salah kalau kita diskusikan tentan bagaimana penataan kota dan harus di letakan dimana terminal umumnya, sesuai dengan jurusan tujuan, lalu bagaimana dengan angkutan yang lintas kabupaten.

Di karena sarana transfortasi maka perlu pengaturan, untuk sementara yang bisa di atur adalah soal orang-orang yang mengendarai tnpa identitas yang jelas, dan tanpa nomor plat, karena di Moanemani ada banyak motor yang menjadi ojek di dana tidak punya plat polisi. Selain itu, yang menjadi tukang-tukang ojek itu ada yang PNS (Pegawai Distrik, guru, dll) juga dari polisi dan TNI. Meraka yang bekerja sebagai PNS tau TNI/Polri ini apakah kedepan meraka ini layak harus mejadi tukang ojek atau tidak? Selian itu harga ojek dan harga strada yang tidak tetap, dan para penyendarai yang menentukan secara seenaknya. Kini sudah jadi kabupaten, maka harus di atur.

Disini ada tiga bagian yang perlu di kaji yakni soal anak-anak terminal, letak strategis dari terminal dan pengaturan harga serta penentuan jurusan pelayanannya.
Perdagangan dan penjualan tanah
Tanah adalah mama, pada mulanya Allah menciptakan Langit dan bumi, segala isinya dan pada hari keenam manusia pertama di ciptakan dari tanah liat. Mereka dua di berikan kuasa untuk mengelolah dan memanfaatkan tanah sesuai dengan kebutuhan hidupnya.

Dari pernyataan diatas, dapat kita perjelas beberpa hal yakni pertama: Allah menciptakan Tanah dengan segala sesuatu yang ada di permukaan atas tanah dan segala sesuatu yang ada di dalam perut tanah duluan. Kedua manusia diciptakan dari tanah yang diciptakannya, ketiga: manusia diberi kuasa untuk “hanya” menjaga, melestraikan, mengelolah dan memanfaatkan sesuai dengan kebutuhan. Artinya dan makna ini kita pahami bahwa Allah yang menciptakan tanah ini tidak menyatakan dan mengijinkan bahwa manusia menjual tanah. Ini berarti kita manusia ada batas hidup dan akan kita meninggal, tetapi kita tidak akan pernah bawah masuk tanah itu ke dalam tanah lagi, tetapi kita akan mewarisi kepada anak dan cucu kita begitu terus.
Tanah adalah tempat kita hidup, di atas tanah itu kita di lahirkan, diatas tanah itu kita di besarkan, dan hasil dari tanah itu kita makan, kita bisa biayai sekolah, kita buat rumah dan kita berkebun untuk memenuhi kebutuhan makan, air yang ada diaats tanah itu kita minum, setelah itu kita beranak cucuk diatasnya sampai kita bila tiba saatnya kita akan kembali di rumah pelit karena satu kamar yang pas, juga tidak melayani tamu karena tidak ada pintu dan dapur. Di sini yang harus di pahami adalah kalau sebagai orang Kristen yang meyakni dan mempercayai bahwa Allah diatas Segala Allah yang menciptakan kita, maka label Kristen di KTP labih baik jangan pakai, selian itu kita sadar bahwa kalau Allah menciptakan kita dari Tanah, berarti bila kita jual tanah sama halnya kita juga diri kita, tubuh kita, anak cucu kita, dan keluarga kita. Kalau kita yakini bahwa tanah itu mama maka yang kita jual adalah sama halnya dengan jual mama kita sendiri.

Dengan demikian kalau kita jual tanah berarti kita jual proses kehidupan dari generasi yang menjual tanah sampai berapa generasi kedepannya. Coba bayangkan kalau generasi kita juga tidak diskusikan dan tidak mencegah dan memberikan pemahaman kepada masyarakat di tanah Dogiyai.
Bagaimana kita pandang tanah dan dari sudut pandang apa kita pandang adalah menentukan keberadaan dan kepemilikan tanah.
Berkut ini, sebagai bahan atau wacana, dapat kami kemukakan beberapa hal tentang tanah.
Segi Adat: Tanah di pandang sebagai Mama. Maka kepemilikannya menjadi warisan moyang, moyang kita adalah Hadam dan Hawa yang di ciptakan oleh (Allah). Allah mewariskan kepada kita, disini perlu di pahami bahwa Allah tidak menjau tanah kepadakita, tetai menyerahkan kepada kita, dan Allah juga tidak mengijinkan kita jual Tanah. Sehingga Harta kekayaan warisan ini di berikan kepada pribadi sekaligus kepada komunitas (Marga) dalam hal ini.
Segi ekonomi: tanah sebagai modal, artinya sebagai tempat pijakkan kaki dan tangan untuk beraktivitas guna memenuhi kebutuhan hidup, dan sebagai modal pribadi atau keluarga untuk mengembangkan usahanya diatas tanah itu.

segi agama: tanah di pandang sebagai tempat yang dijanjikan oleh Tuhan Allah Bapak di surga.
Segi Hukum: tanah di anggap sebagai wilayah kekuasaan, dan tanah dipandang asset Negara.
Cacatan: Tanah yang kita miliki dan tanah yang saat ini ada adalah tanah terakhir dan alam terakhir sekalipun anda berada di tanah Jawa atau di tanah papua tetapi ada di daerah lain, karena bila anda pulang kembali ke daerah sudah tidak ada tanah lagi selain tanah yang ada sekaranng tiu, maka sekali lagi jangan jual tanah dan jangan gadaikan tanah kepada perusahaan dengan alasan apapun.

MASALAH BUDAYA
Budaya adalah kebiasaan yang melekat pada suatu kelompok atau komunitas manusia, dan Budaya secara turun temurun melekat pada manusia yang mempunayi budaya tersebut. Budaya mengunjukan identitas diri contoh: ketika kita bawah noken lalu kita jalan, pasti dari masyarakat di luar orang mee langsung sapa kita dan langsung menyatakan bahwa asal dari paniai kah? Lalu beda dengan kalau kita bawah tas gantung lalu jalan pasti orang akan bertanya sobat atau bapak dari mana asanya?

Kita restarikan budaya sama halnya dengan bagaimana kita menjaga nama baik kita sebenarnya. Karena budaya menunjukkan kepribadian komunitas masyarakat yang menjadi pedoman dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam perkembangannya budaya luar cenderung mempengaruhi budaya setempat sehingga mengurangi nilai-nilai positif dari budaya. Bahkan ada upaya menggeser hingga menghilangkannya.

Di sisi lainnya ada unsure dan faktor dari dalam diri orang itu sendiri dimana tidak merasa diri memiliki dan mempinyai nilai-nilai budaya atau manusia berbudaya. Lkarena budaya itu melekat dengan kehidupan dan perkembangan manusia. Persoalan juga kecenderungan menerima budaya luar seolah-olah itu yang semperna dari budaya yang dimilikinya, sadar atau tidak sadar, perlu dipahami adalah itu ada muatannya, dan ada tingkatan ser6ta batasnya yang membedakan keunikan-keunikan masing-masing budaya.

Ada contoh lain bahwa mengapa kalau kita di Jawa sini, begitu cepat kita terpengaruh dengan lingkungan masyarakat hingga sampai kita bisa tahu bahasa nereka, dan lainnya juga kalau orang Jawab di Papua mereka bukannya menyesuaikan dengan budya masyarakat disana, tetapi justru mereka berusaha sampai mempengaruhi budaya yang ada di situ.

MASALAH PEREKONOMIAN
Ekonomi itu sendiri adalah kegiatan bagaimana kita mencari makan, bagaimana cara kita meningkatkan hasil kerja kita, dan bagaimana kita mengatur waktu, membagi tugas dalam keluarga, dan bagaimana kita mengaturkan hasil karya kita dan kepada siapa kita salurkan. Inti dari ekonomi rakyat adalah kesejahteraan keluarga, karena keluarga adalah struktur lapisanmasyarakat yang paling dasar dari rakyat.

Struktur Bangunan dasar dari sebuah kehidupan adalah masalah ekonomi, sementara kegiatan inti dari perekonomian adalah bagaimana memproduksi, mendistribusikan, dan mengkonsumsikannya. Untuk mengukur kesejahteraan rakyat harus di bangun basis ekonomi kelaurga, kalau basisnya keluarga berarti harus di bangun dari tingkat Kampung sebagai basis dan kantong dari masyarakat yang terdiri dari keluarga-keluarga.

Basis ekonomi rakyat adalah harus di bangun sesuai dengan tingkat kemampuan masyarakat, bukan memaksakan atau sengaja mengajak rakyat dengan watak “Proposalistik” tingkat produksi rakyat menjadi faktor dan sector yang perlu di kaji terus-menerus, bila kita sepakat dengan teori dasar ekonomi yang mempelajari tentang bagaimana memenuhi kebutuhan pokok.
Mau dan tidak, suka dan tidak, dari pandangan pikir sedemikian ini, dapat di klasifikasi masyarakat Dogiyai khususnya dan Papua umumnya adalah kita di tahun 2009 ini zamannya hidup di watak ekonomi kapitaslistik, sementara tingakt produksi dari kita masih tribalistik, tribalistik adalah system produksi bahan pemenuhan hidup hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau hanya untuk kebutuhan makan minum sehari-hari dalam satu keluarga, bukan untuk menguasai pasar di Papua. Salah satu contoh nyata adalah terlihat dalam Produksi kopi murni di moanemani. Basis produksi bahan mentah sudah jelas ada kebun kopi di masyarakat moane, mesin produksi sudah ada, jaringan distrusi atau pasar hanya untuk tunggu di beli oleh warga sendiri, bukan di bantu pemerintah untuk mendistribusikan hingga ke nabire atau ke paniai. Saya pikir dalam hidupnya di jaman ekonomi kapilaistik, sementara tingkat produktivitasnya masih tribalistik artinya tingkat peredaban di manusia belahan dunia lainnya mereka mampu menghasilkan berbagai produk, sementara kita khususnya masyarakat Papua mau memproduksi bahan pemenuhan kebutuhan saja masih belum, contohnya HP di tangan saudara itu di produksi oleh orang dari dunia lain, sementara kita jadi orang-orang yang siap konsumsi saja, sementara di dogiyai ada koperasi rakyat “Kopi Murni” tidak mampu bersaing, untuk penguasaan pasar di moamemani saja tidak terjadi, bahkan kini di ambil alih oleh warga (BBM) Bugis, Buton, dan Makasar.

Atau contoh lainnya, nota yang kita tanam, kita bersihkan hingga kita panen lalu kita jual di pasar, dan di beli oleh BBM lalu mereka goring dan sementar lagi kita yang membeli kembali dengan harga yang berbeda, hal semacam ini harus kita pikirkan bersama, sehingga kalau di dalam Ilmu Ekonomi kita kenal istilah “Produksi, distribusi, dan komsunsi” dengan memahami istilah sederhana ini saja kita bisa ransang asalkan ada niat inisiatif dari rakyat serta ada perhatian khusus dan serius oleh pemerintah setempat.

Tinggal kita akan saksikan dan ikuti bersama apa komitmen dasar memekarkan kabupaten Dogiyai adalah mengangkat harkat dan martabat rakyat dari kemiskinan, melalui upaya peningkatan perekonomian masyarakat di sektor usaha kecil dan menengah, ataukah justru akan memasukan investor-investor asing untuk menguasai tanah, sumber kekayaan alam, dan sector ekonomi di masyarakat khususnya di masyarakat Dogiyai?

Sejalan dengan itu Tingkat pendidikan rakyat dogiyai, dengan pendapatan yang rendah bahkan hanya untuk pemenuhan makan dan minum saja, sementara sekolah butuh biaya ini dan itu, dengan tingakt pendapatan serta sumber pendapat daerah yang relative tidak ada ini, akankah pemerintah Dogiyai akan mampu memenuhi kebutuhan rakyat? Selain itu yang mengisi dan melaksanakan roda pemerintahan saja sudah berpikir bagaimana mengumpulkan uang dengan dan di daerah yang sedang berkuasa, apakah mampu membawah rakyatnya ke arah kata “Adil, makmur, sejahtera” itu? Lainnya kalau kaum mudanya berpikir apa yang saya dapat dari pemerintah dengan pemekaran ini? Bukannya berpikir bagaimana kita kedepan dan akan bawah rakyatnya kearah mana? Jangan- jangan kita wabah kearah setengah adil, setengah sejahtera dan setengah makmur.

Selanjutnya kalau kita memasukan investor asing tenaga kerja dari mana? Dari rakyat supaya menjadi buruh kasar? Dari kaum muda supaya semua jadi bos-bos di perusahan yang sesebanrnya buruh berdasi di kantor? Atau dari rekan-rekan kita seberang supaya sama-sama pemerintah bukat rangkaian dan surklus yang sama yakni makan malam di Dogiyai, istrahat siang di jayapura, dan buang tai kenikmatan atas kemelaratan rakyatnya di Manado dalam acara OPM (Operasi Paha Manado) di dengan mempertontongkan B3 (Bar, Bir, dan Bor).
Dengan pengantar pemasaran diatas, selanjutnya kita melihat persoalan-persoalan ekonomi di daerah Dogiyai yakni sebagai berikut:

Basis ekonomi rakyat

Basis ekonomi rakyat adalah bukan proposal tetapi “berkebun” dalam konteks ini kebun yang bagaimana? Hasil kebbunnya akan didistribusikan kemana? Dan keuntungannya bagaimanakan?
Kalau sifatnya selama ini ada kios-kios pribadi di setiap kampung, ini harus di apakan? Dan bagaimanakan kios-kios rakyat ini?

Daya produksi rakyat

Rakyat bisa produksi hasil-hasil pertanian seperti Nota, sayur, tomat, bawang, kopi dan sebagaimana jangan kita tawarkan konsepnya persawahan seperti yang di tawar oleh sekelompok pendeta yang mengaku diri pendeta-pendeta dari Israel, ingat kelompok ini dan aliran ilmu saya yang mereka bawah ini mematikan basis ekonomi rakyat, mereka itu seperti burung yang kita kenal dengan sebutan “Tigeiye” yang mana dia datang hinggap di mai piya lalu dia berak dan tumbuh kepei, akhirnya mai piya yang tadinya tumbuh itu akhirnya jadi kering. Dengan demikian saya sebagai putra Dogiyai konsep dan aliran ekonomi semacam ini yang jelas tolak, karena kelompok ini mereka datang untuk mengisap madu bagi tanaman, danmengisap keringat dan darah rakyat untuk manusia, kelompok semacam ini juga sedang merombak dan mencangkokkan budaya bercocok tanam orang Jawa.

Daya saing rakyat

Rakyat dogiyai jelas tidak berdaya, masih belum dipaskakan dengan konsep ekonomi modern, karena usaha-usaha mereka masih bersifat individu, sementara orang lain sudah punya kelompok-kelompok usaha, badan-badan usaha, dengan tenaga-tenaga kerja yang trampil.
Peran pemerintah dalam menyediahkan sarana dan perasarana ekonomi
Menjadi tanggungjawab pemerintah daerah Dogiyai yang baru berusia satu tahun dengan Status pemerintah bayi ataui karateker, dan menjadi tantangan bagi DPRD-DPRD yang baru kita pilih dalam pesta demokrasi Indonesia hasil pemilu (2009)

Akibat dan dampaknya

Dalam situasi dan keterpurukan yang membungkus wajah-wajah ketidakberdayaan rakyat Dogiyai dalam bingkaian kata “Kemiskinan” dan mematikan pertumbuhan dan pendidikan bagi generasi muda Dogiyai dalam konteks “SDM” dengan konsep yang saat ini ada yakni menghibur rakyat di setiap kampung dengan membuka SD-SD di setiap kampung SMP-SMP di setiap Distrik tanpa gedung sekolah, dan tanaga guru yang memadai, lebih para lagi menerima aliran-aliran ekonomi yang sangat bertantangan dengan kebiasaan rakyat setempat yang menjadi pelaksanan pembangunan di bidang ekonomi itu, di sisi lain memperluas kios-kios milik orang seberang bukanmilik rakyat secara bersama dalam kepemilikannya, ini menjadi tantangan saudara khsuusnya anak negeri daerah Dogiyai.

Akibatnya langsung akan kita alami sendiri dua atau tiga tahun kedepan, dan akan berdampak pada anak kita setelah jadi bapak Sarjono dan ibu Warti, makanya saya mengajak saudara-saudari untuk mendiskusikan berdasarkan pertanyaan –pertanyaan berikut ini?

MASALAH PENDIDIKAN
Sebenarnya secara gambar besar sudah di singkung diatas tetapi berikut ini saya mau mencoba menguraikan semampua saya berdasarkan pengamatan saya.
Berikut ini adalah masalah-masalh dasar dari pendidikan di Dogiyai yang selama ini kami amati adalah sebagai berikut:

Tenaga guru

Persoalan tenaga guru sangatlah kompleks dan luas, maka dalam tulisan pengantar diksusi ini dapat di batasi pada barapa hal yakni:
Yang masih mengajar
Bila kita bicara tenaga guru yang ada saat ini di Dogiyai, hal pertama yang di lihat adalah factor usia dari guru-guru yang telah mengabdikan diri di Dogiyai, mereka sudah tua-tua, sebentar lagi akan pension, lalu bagaimana dengan tenaga guru yang mudanya? Kenyataannya: banyak yang sudah mengubah haluan, contohnya kepala kepegawaian Dogiyai tadinya guru SD di Dogimani, kedua banyak yang sudah terjun kedunia politik contohnya banyak caleg dalam pemilu kemarin adalah dari guru-guru SD, lainnya sedang mengarah dan berancang-ancang untuk Caleg 2015.

Nasib ekonomi guru

Beberapa waktu lalu, guru-guru di Nabire menggelar aksi besar-besar mengingatkan kita bahwa nasib guru selama ini di abaikan oleh pemerintah daerah, pada halo rang-orang di pemda itu sendiri mereka di ajar dan didik oleh guru-guru itu sampai mereka bisa jadi penentu-penentu kebijakkan di daerah.

Peran pemerintah

Untuk membangun manusia Dogiyai kedepan, pemerintah Dogiyai di tuntut agar mampu menata dan merancang konsep pendidikan yang berkopetensi dan mampu mengetralisir dan mengakomodir nasib guru sebagai daya ikatnya.
Biaya pendidikan
Dari basis dan tingkat produksi rakyat Dogiyai tersebut rakyat kita belum mampu membiayai anaknya sampai kejenjang pendidikan tertentu, sementara harga dan biaya pendidikan yang harus dikeluarkan cukup mahal dan mendapatkan uangnya membutuhkan waktu yang lama dalam system ekonomi yang telah dijelasan diatas.
Dengan demikian mengingatkan kepada kita sebagai mahasiswa Dogiyai, agar memikirkan tentang bagaimana kedepan anak dogiyai? Lalu bagaimana konsep pendidikan yang harus di bangun di Dogiyai, selanjutnya langkah apa yang harsu diambil oleh mahasiswa Dogiyai? Lalu konsepkan dan mendorong konsep tersebut agar pemerintah daerah Dogiyai bisa memikirkan dan bisa merealisasikan dana pendidikannya pata tepat sasaran.

Pola pembangunan dan pengembangan pendidikan
Untuk meningkatkan kecerdasan bagi anak negeri Dogiyai, tanpa guru di sekolah, dan belajar tanpa gedung juga menjadi maslah uatama dalam pendidikan.
Menjamurnya Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama di Dogiyai
Semakin menjamurnya SD-SD di setiapkampung, saya pikir ini bukan solusi untuk membangun manusia Dogiyai, tetapi bisa jadi solusi untuk memenuhi kebutuhan sesaat, supaya bisa ikut tes dan bisa kerja di Pemerintah daerah Dogiyai. Tetapi secara hakiki saya pikir ini bukan solusi, tetapi hanya sekedar memenuhi permintaan tenaga kerja fisik di kantor-kantor Dogiyai, secara keras saya menantang karena ini satu sikap pembunuhan karakter generasi muda yang mau maju dan berkembang, dengan demikian yang harus di lakukan oleh pemrintah daerah adalah menata system pendidikan di daerah, dan memenuhi dan memperbaiki sekolah-sekolah yang ada selama ini, karena tambah-tambah gedung sekolah, sementara gedungnya bukan gedung sekolah tetapi bersifat balai pelatihan yang hampa belaka.

Kwalitas dan kwantitas

Lebih baik kwalitas dari sekolah-sekolah yang tempo dulu, dari pada semakin banyak sekolah, tetapi orang-orang yang sekolah adalah hanya sekedar saya dapat ijasah, di banding sekolah-sekolah dulu, dengan maksud dan niat yang tinggi demi masa depan yang panjang, selian tiu dari segi kwantitas dengan semakin banyaknya sekolah di Dogiyai, apakah semakin banyak anak-anak sekolah juga yang sedang sekolah? Terus bagaimana dengan tingakt pertumbuhan jumlah penduduk dari setipa kampung itu, dalam hitungan angkah kelahiran pertahun dalamsatu kampung, untuk mamadati sekolah-sekolah itu? Berapa banyak yang selesai dalam satu tahun ajarannya? Selanjutnya menjadi pertanyaan juga bahwa pola pikir dan pola hubungan relasi antar siswa dengan siswa lain dari sekolah lainnya? Dari sekolah lain dengan masyarakatnya? Ataukah ini hanya setingan awal pengkondisian masyarakat dan pengelompokkan berbasis kampung ?

Akibat-akibat yang kita bisa lihat sekarang
Akibat yang bisa kita lihat adalah dengan sadar atau tidak sadar aka nada sentiment-sentimen dan isme-isme local yang akan hanya tenggelam dalam persaingan-persaingan local.
Dampak kedepan
Dampaknya, dari uraian sederhana diatas ini akan berdampak buruk dan menjadi ancaman bagi generasi muda kedepan.
Dalam perkembangan di sektor pendidikan di nilai belum optimal, sehingga peran pemerintah daerah Dogiyai yang baru terbentuk ini perlu ada perhatian khusus terhadap masalah-masalah pendidikan dalam hal:

1. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan Masyarakat Dogiyai.
2. Optimalisasi potensi sumber daya Manusia dalam berbagai lembaga – lembaga di daerah Dogiyai.
Dipandang perlu adanya Fasilitas Perpustakaan Daerah Kabupatenn Dogiyai.

Pertanyaan kritis dari saya
1. Apakah pemerintah dan DPRD Dogiyai akan mampu merancang konsep ekonomi daerah guna memenuhi hak ekonomi rakyat Dogiyai kedepan?
2. Apakah pemerintah dan DPRD Dogiyai akan mampu memberdayakan rakyat sesuai dengan basis ekonomi rakyat?
3. Apakah pemerintah dan DPRD Dogiyai akan mampu meningkatkan produktivitas ekonomi rakyat Dogiyai?
4. Apakah pemerintah dan DPRD Dogiyai akan mampu mendistribusikan produk-produk rakyat Dogiyai ke pasar-pasar local? Nasional? Dan Nasional?
5. Apakah peran mahasiswa dalam memberdayakan dan meningkatkan taraf hidup rakyat Dogiyai?

sumber: http://www.ipmadojkt-news.co.cc/
BACA TRUZZ... - KEMASAN IDE-IDE DARI KAMAR RENUNG UNTUK DOGIYAI

Cara Mencapai Puncak Tujuan Membaca

Rabu, Juni 03, 2009


Membaca adalah simbol kemajuan sebuah peradaban. Ia membedakan peradaban maju dengan primitif, antara negara maju dan negara berkembang. Melihat begitu pentingnya membaca, ia pun dijadikan salah satu indeks bagi pembangunan manusia, yang sering dijadikan ukuran keberhasilan pembangunan sebuah negara.

Membaca memiliki tiga fungsi. Pertama, memberikan informasi, misalnya dengan membaca koran dan majalah. Yang kedua, memberikan hiburan, misalnya dengan membaca novel. Yang ketiga, yang paling penting tetapi sekaligus paling sulit, memberikan pengertian. Sebuah buku bisa saja memberikan pengertian sekaligus menghibur dan memberikan informasi.

Modernisasi telah menawarkan substitusi bagi kegiatan membaca, dengan lahirnya media audio-visual. Kehadiran audio-visual membuat informasi menjadi lebih "nyata" ketimbang membaca, tetapi di lain pihak mengurangi bahkan meniadakan daya cerna pemirsa. Sesuatu yang mutlak dibutuhkan dalam membaca untuk mencari pengertian.

Dalam keadaan seperti inilah buku ini hadir, mengingatkan kita akan pentingnya membaca untuk mencari pengertian dan mengajari kita bagaimana melakukannya. Membaca seperti inilah yang menjadi tonggak peradaban.


Pendidikan seumur hidup

Membaca untuk mendapatkan pengertian adalah pendidikan seumur hidup secara intelektual. Sekolah semestinya mengajarkan hal ini secara berjenjang. Dengan demikian, setelah lulus dari sekolah lanjutan, seorang sudah bisa menikmati dan memahami hampir semua besar bacaan, dan menjadi pembelajar seumur hidup.

Namun, kenyataannya jauh panggang dari api. Banyak mahasiswa yang masih kesulitan membaca di level ini, bahkan sarjana pun masih banyak yang kedodoran. Akibatnya mereka berhenti belajar, begitu selesai dari sekolah.

Manfaat sesungguhnya dari membaca pun disia-siakan, menjadi sekadar untuk membaca buku teks, koran, bukan untuk membaca buku. Ini terbukti dari angka penjualan buku nonfiksi, khususnya sains, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, yang masih rendah. Hal ini tidak berimbang dengan oplah surat kabar, majalah, dan buku fiksi yang jauh lebih tinggi. Inilah bukti bahwa orang baru bisa menikmati bacaan untuk informasi dan hiburan, belum untuk menemukan pengertian.

Tahapan membaca

Buku ini menjelaskan cara meningkatkan kemampuan membaca secara berjenjang: membaca dasar, inspeksional, analitis, dan sintopikal (tematis), dan juga sejumlah tes sesuai jenjang itu. Tahap-tahap ini harus dijalani secara berurutan karena tidak mungkin untuk maju ke tahap berikut tanpa menguasai tahap sebelumnya.

Tingkat yang pertama adalah membaca dasar, yang semua kita sudah kuasai, yaitu mengeja, membaca kata dan kalimat, menerjemahkan simbol menjadi sebuah bunyi yang bermakna. Membaca tingkat ini semestinya dikuasai seseorang sesudah menamatkan sekolah dasar. Ini ditandai dengan kemampuan membaca yang lancar tanpa patah-patah, dan kemampuan membaca di dalam hati (silent reading).

Bagian berikutnya adalah membaca inspeksional. Sekilas membaca inspeksional dapat disamakan dengan membaca cepat. Namun, bukan itu yang dimaksud buku ini. Membaca inspeksional adalah membaca sekilas, atau selayang pandang, secara sistematis sambil mengajukan pertanyaan kepada teks yang kita baca dan berusaha menjawabnya selagi kita membaca.

Ada dua manfaat yang bisa didapat dari membaca sekilas ini. Yang pertama, untuk menentukan apakah buku itu layak atau tidak untuk kita baca secara lebih mendalam. Dalam contoh praktisnya adalah untuk menentukan apakah buku tersebut layak kita beli atau pinjam. Yang kedua adalah mendapatkan ide dasar dari buku tersebut, tanpa harus mendalami detailnya. Ini akan sangat membantu jika nantinya kita mau mendalami buku ini lebih lanjut, atau kalau kita sekadar ingin tahu garis besar buku tersebut.

Dalam level ini juga kita belajar bagaimana membuat catatan kaki, coretan-coretan, yang nantinya akan membantu kalau ingin membaca buku tersebut secara lebih mendalam. Beberapa tips menarik diberikan untuk membantu memilih bahan bacaan yang baik.

Orang sering terjebak untuk berhenti pada level ini, yaitu membaca cepat, karena menganggap inilah level pencapaian tertinggi dalam membaca. Adler menunjukkan bahwa membaca buku seharusnya dengan kecepatan yang sesuai. Buku atau bagian bacaan yang seharusnya dibaca dengan perlahan akan kehilangan banyak maknanya jika dibaca dengan cepat. Begitu pula dengan buku atau bagian bacaan yang seharusnya dibaca dengan cepat jika kita baca dengan perlahan akan menghabiskan waktu dengan percuma.

Berikutnya adalah membaca analitis. Inilah membaca dalam arti sesungguhnya. Dalam tahap ini kita "mengunyah dan mencerna" bacaan, menjadikannya bagian dari diri kita. Keterampilan tahap ini seharusnya dimiliki para lulusan SMA dan atau S-1. Ia bisa menyarikan, memaparkan kembali, maupun mengkritik sebuah bacaan.

Teknik membaca analitis menduduki porsi terbanyak di dalam buku ini karena pada tahap inilah membaca menjadi aktivitas yang komprehensif, melibatkan semua upaya pikiran, dalam mendalami bacaan. Memang, membaca pada level ini akan melelahkan, tetapi hasil yang diperoleh sungguh sebanding dengan upaya yang dicurahkan.

Dan terakhir adalah membaca sintopikal, membaca beberapa buku dalam tema yang sama, membandingkan, menganalisis, menyintesis mereka menjadi sebuah ide yang baru. Kemampuan ini semestinya dimiliki seorang sarjana karena menulis skripsi berdasarkan studi kepustakaan sangat memerlukan keterampilan membaca level ini.

Puncaknya, Adler mengajak pembaca untuk terus-menerus meningkatkan kemampuan membaca mereka dengan merekomendasikan sejumlah judul buku yang "layak" dibaca, dan memaparkan manfaat membaca bagi pertumbuhan otak.

Pendidikan "liberal arts"

Sesungguhnya, Adler menyusun buku ini di dalam kerangka pendidikan liberal arts yang tidak lagi menjadi warna utama dalam pendidikan, seperti pada beberapa abad lampau. Ini adalah pendidikan generalis, yaitu menguasai kecakapan intelektual dasar agar dapat memahami dan mendalami semua bidang ilmu.

Pada abad pertengahan, seorang sarjana atau baccalaureate menguasai tiga kemampuan liberal arts yang disebut trivium, yaitu gramatika, logika, dan retorika, dan empat kemampuan berikutnya yang disebut quadrivium, yaitu aritmatika, musik, geometri, dan astronomi.

Pendidikan saat itu belum menjadi spesialis seperti sekarang. Spesialisasi memberikan kemajuan cepat yang bisa kita nikmati, tetapi juga membuat kita kehilangan kemanusiaan, yang bisa dicapai dengan menjadi seorang generalis.

Adler adalah pembelajar mandiri. Ia menjalani pendidikan klasik secara otodidak, setelah drop-out dari sekolah menengah. Ia kuliah di Universitas Columbia sampai akhirnya dianugerahi gelar doktor filsafat, lalu mengajar filsafat di Universitas Chicago. Bersama dengan Robert M Hutchins mereka menjadi pilar liberal arts modern.

Mereka membuat proyek Great Books of Western Civilizations yang merangkum karya-karya literatur, sains, social sains dan filsafat yang paling berpengaruh dalam peradaban Barat, serta mengompilasinya sehingga bisa diakses oleh pembaca awam. Sesudah membacanya, seseorang diharapkan terlibat dalam Great Conversation, urun rembuk dalam perkembangan peradaban dunia.

Buku ini adalah gerbang studi mandiri seumur hidup bagi siapa pun yang ingin mendalami bidang apa saja: sastra, filsafat, sejarah, ilmu alam, ilmu sosial, matematika, dan lain-lain. Studi seperti ini bisa dijalani oleh siapa saja, yang berniat dan mau berusaha. Dari sinilah diharapkan muncul kelas menengah terdidik, yang menjadi pilar dari sebuah negara demokrasi yang kokoh.

Mungkin, itulah sebabnya Jaques Barzun, seorang budayawan, ilmuwan dan pendidik besar Amerika menyebut buku ini "wajib dibaca bagi siapa pun yang peduli masa depan budaya bangsanya". Gus Dur menyebut buku ini "sebuah contoh terbaik karya kreatif... yang memampukan kita memahami masalah secara berimbang".
(ONI SURYAMAN)

sumber: http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0705/21/Buku/3538872.htm atau kompas cetak Senin, 21 Mei 2007
BACA TRUZZ... - Cara Mencapai Puncak Tujuan Membaca

LSM Luar Stop Lirik Dogiyai

Kamis, Mei 21, 2009

DOGIYAI – Kabupaten Dogiyai belum berumur satu tahun setelah dimekarkan dari Kabupaten Induk Nabire. Karena kabupaten baru sejuta harapan, impian dan peluang sedang menjanjikan maka banyak pihak, LSM, pengusaha, pejabat, menjadikan sebagai tempat perburuan jabatan, uang, dan proyek bahkan terendap isu sedang jadi incaran dan sasaran pilot projec dari sejumlah LSM skala International yang selama ini beroperasi di wilayah Papua .


Lalu bagaimana nasib LSM lokal yang sudah lama malang melintang di daerah Dogiyai juga LSM Lokal baru yang sedang dirangsek oleh anak-anak asli Dogiyai ?

Menurut Ir. Didimus Tebay Direktur YP-5 Moanemani yang sudah puluhan tahun beroperasi di daerah Mapia, Kamuu, Tigi, Paniai, Sampai Daerah Moni ini mengatakan LSM luar yang skala internatinational jangan datang jadikan Dogiyai sebagai pilot projek. Tetapi kalau ada program untuk masyarakat percayakan dan berikan kepada LSM lokal yang sudah ada dan sedang dibangun oleh anak-anak Asli Dogiyai.

Sebab menurut pengalaman yang ada LSM berskala international memanfaatkan tenaga dari jakarta sementara tenaga-tenaga dan LSM dari daerah setempat jarang digunakan. Sehingga dalam sejumlah laporan akhir yang dibuat dari tenaga yang didatang dari luar Papua bahwa orang Papua belum mampu sehingga program gagal.

Hal ini sudah terbangun di kalangan LSM skala international yang tenaga di datangkan dari Jakarta . Maka kalau saja ada LSM berkelas internartional incar-incar memasuki wilayah Dogiyai maka berikan program kegiatan itulah yang diberikan kepada LSM lokal. Sebab merekalah yang tahu, mengetahui kondisi sosial budaya masyarakat Dogiyai.

“Kami sudah mendengar isu-isu belakangan ini ada beberapa LSM sedang siap-siap dengan pilot projeknya tetapi LSM kalau hendak kasih program kepada LSM lokal kami menerima itu sebab disini sudah ada YP-5, kemudian anak-anak Dogiyai sudah bangun lagi sebuah lembaga Elpema (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Papua). Maka kalau PCI mau kasih program kepada LSM Lokal malahan kami bersyukur. Kami sudah pengalaman dengan LSM dengan tenaga dari Jakarta maka report buruk dengan laporan akhir dari tenaga yang didatangkan sudah banyak maka LSM International dengan tenaga Orang luar Papua tak perlu datang. Tetapi kalau memanfaatkan LSM lokal dengan memberikan program kegiatan maka kami siap kerja sebab tenaga lapangan banyak,“ kata Tebay belum lama ini di kediamannya.

Bukan daratkan program langsung kepada masyarakat dogiyai tetapi berikan lewat LSM yang ada, maka diharapkan kepada pemerintah Kabupaten Dogiyai segera proteksi sejummlah LSM skala international yang memohon untuk menjalankan program di Dogiyai. Mekanisme kerjasama pun mesti diatur antara lsm lokal, LSM luar dan pemerintah Dogiyai. Batasi LSM yang hanya datangkan kegiatan tanpa melalui LSM lokal yang ada di Dogiyai.

Sementara itu Fransiscus Magay, S.Sos, salah satu pendiri Elpema (Lembaga Pemberdayaan Masayarakat ) Papua mengakui sudah dirikan lembaga tersebut dan sedang merangsek sejumlah kegiatan maka jika ada LSM mau jadikan dogiyai sebagai bidikan pilot projeck mesti koordinasi dengan LSM lokal malahan harus libatkan bila perlu serahkan program. Kami sudah tahu LSM Luar Negeri dengan fasilitator dari Jakarta selalu menggangap kami tidak mampu dengan laporan akhirnya. Sehingga selalu muncul stigma orang Papua tidak mampu. Padahal kami bisa melakukan itu. Maka LSM stop dengan rancangan program itu.

Kalau mau kasih program silahkan Lewat LSM lokal yang ada. Kami siap kerja maka serahkan pilot projek bukan beroperasi di wilayah. Ada LSM lokal yang sudah lama memberdayakan masyarakat dan sudah berpengalaman serta memahami akan karateristik masyarakat Dogiyai maka LSM luar jangan jadikan ajang diatas masyarakat.

Sama hal juga diiyakan Willem Goo mantan staf yayasan P-5. “Kami siap kerja maka pemerintah Dogiyai dalam membuat kerjasama dengan LSM luar mesti rekomendasikan untuk kordinasi dengan LSM lokal. Sekarang sudah ada Elpema, LMA milik masyarakat Dogiyai. Dan dalam waktu dekat akan deklarasikan karena itu Bupati jeli membangun kerjasama untuk membangun masyarakat Dogiyai.

“Bupati tidak serta merta menerima LSM luar secara Internasional yang sedang incar-incar untuk masuk, tetapi berdayakan LSM lokal yang ada dulu, sehingga tidak menjadi ajang LSM luar dengan tenaga dari Jakarta yang kualitasnya tidak jauh beda tenaga LSM Lokal,“ urai Willem kepada papuapos nabire tahun lalu (4/12/08). (emanuel goo)

Sumber: http://www.papuaposnabire.com
BACA TRUZZ... - LSM Luar Stop Lirik Dogiyai

IPMADO SE-JAWA DAN BALI MENGGELAR KONGRES I

Rabu, Mei 20, 2009

“Menata Untuk Membangun”, bunyi kata tersebut adalah Motto IPMADO yang berhasil diputuskan dalam kongres I Ikatan Pelajar dan Mahasiswa dan Mahasiswa Dogiyai. Kongres ini berlangsung di Asrama “Koteka” Semarang (16/5/09). Doa pembukaan oleh Marian Douw Mahasiswa asal kota studi Semarang, pada pukul 08.45. menandakan kongres tersebut dimulai. Sebagian besar Pelajar dan Mahasiswa yang datang dari berbagai Kota Studi seperti Yogyakarta, Jakarta, Bogor, Bandung dan Semarang sudah siap untuk melanjutkan kongres tersebut. Dalam kongres yang berlangsung sederhana tersebut Pelajar dan Mahasiswa dari kota studi Surabaya, dan Malang belum sempat menghadiri karena mengingat kesibukan lain yang tidak bisa ditinggalkan. Moderator yang dipimpin oleh Marthen Douw memberikan kesempatan kepada Ketua Ipmado Kota studi Semarang Leonardus Yonine Magai, yang mana menjadi Tuan Rumah untuk menyampaikan kata sambutan.


Usai kata sambutan dari ketua IPMADO Semarang dilanjutkan dengan beberapa kata sambutan seperti dari Ipmado Pusat yang diwakili oleh Sekretaris (Mateus Ch. Auwe) dan Senioritas (Sesco Dimi). Kata sambutan pun berlalu seiring berjalannya waktu dan kini Moderator yang juga adalah Mahasiswa Jurusan Ekonomi Manajemen UDINUS Semarang memberikan kesempatan untuk melanjutkan perkenalan. Dalam Kongres yang dihadiri oleh Ketua Hipmapas (Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Papua Semarang) Dujan Kogoya itupun dimulai.
Pada acara inti, pertama-tama mengubah struktur dan mekanisme organisasi dari Korwil menjadi kota studi. Korwil yang mana sebelumnya terbagi dalam empat korwil masing-masing Korwil I (Yogyakarta, Solo dan Purwokerto), Korwil II (Surabaya, Malang dan Bali), Korwil III (Semarang, Ungaran dan Salatiga), Korwil IV (Jakarta, Bogor dan Bandung). Dikarenakan jarak yang menghubungkan satu kota studi dengan kota studi lain dan juga karena masing-masing anggota mempunyai kegiatan di kampus maupun diluar kampus. Namun IPMADO Pusat yang membawahi seluruh kota studi yang sementara berkedudukan di Yogyakarta tetap berjalan (perubahan hanya ganti Korwil menjadi Kota Studi).

Perubahan AD/ART dilanjutkan seusai struktur dan mekanisme organisasi di dirubah. Hingga pada agenda berikut tentang persiapan Pengadaan Buku dan Pengembangan Pendidikan di Kabupaten Dogiyai tanggal 15-20 Juli mendatang. Pengadaan Buku dan Pengembangan Pendidikan yang mana dari IPMADO Pusat memberikan tanggung jawab kepada kota Studi Semarang untuk bertanggung jawab dari persiapan hingga pelaksanaan nanti. Dalam proses persiapan Leonardus Magai yang juga Mahasiswa Fakultas Kesehatan UDINUS Semarang memberikan tanggung jawab kepada seluruh anggota Dogiyai yang tersebar di Jawa dan Bali dalam bentuk sumbangan buku SMP dan SMA. Sumbangan buku ini agar disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku saat ini kata Leo. Disamping sumbangannya dijalankan diminta agar bekerja sama dalam bentuk bantuan buku.

Pada pukul 21.36, doa dari Kristianus Douw menutup kongres yang digelar tersebut. Masuk distudio music oleh beberapa anggota kongres yang memunyai bakat dibidang music, sekaligus refresing. [Amoye Egeidaby].
BACA TRUZZ... - IPMADO SE-JAWA DAN BALI MENGGELAR KONGRES I

Jalan Menuju Kemandirian Dogiyai

Oleh : Frans Ign Bobii

Drs. Adouktus Takerubun, "Saya Siapkan Jalan Menuju Kemandirian Dogiyai."

KabarIndonesia - Kabupaten Dogiyai telah diresmikan oleh Mendagri Mardyanto pada tanggal 20 Maret, seiring dengan peresmian kabupaten pula, Drs. A. Takerubun telah dilantik sebagai Pejabat Bupati Dogiyai, berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pemekaran Dogiyai. Berikut komentar Drs. A. Takerubun yang dikembangkan Harian KabarIndonesia.

Kabupaten baru tentunya memerlukan berbagai upaya untuk meletakkan sejumlah dasar pembangunan. Dalam kondisi inilah pejabat bersama masyarakat sedang mencari format pola pembangunan yang mestinya menyentuh pada kehidupan. Secara geografis wilayah Dogiyai terdiri dari dua wilayah, yakni lembah Mapia dan lembah Kamuu. Dua wilayah ini secara implisit memiliki sejarah dalam perkembangannya. Pejabat Bupati kini mulai menata baik struktur pemerintahan serta pembangunan fisik.


Hampir semua kabupaten pemekaran di seluruh Indonesia mengalami nasib yang sama. Dalam meletakkan pola pembangunan sebelum kabupaten Devinitif adalah beban pemerintahan pejabat bupati. Kabupaten Dogiyai terdiri dari dua wilayah pembangunan, semasa masih bergabung dengan kabupaten Nabire warga Dogiyai merasa dilupakan oleh pembangunan.

Pemikiran muncul akibat luasnya wilayah serta kondisi medan yang sulit dijangkau oleh pemerintah Nabire. Bukan berarti pemerintah melupakan wilayah Dogiyai dalam pembangunan selama ini. Pemerintah Nabire juga telah memberikan pelayanan kepada masyarakat di sana.

Salah satu upaya pemerintah kabupaten Nabire bersama masyarakat Dogiyai adalah memekarkan kabupaten Dogiyai menjadi sebuah kabupaten lepas dari kabupaten induk. Sebelumnya pemerintah Nabire sempat memperpendek rentang kendali pelayanan pemerintah melalui pemekaran distrik, sejak 2006 hingga 2007. Ternyata juga pemekaran sejumlah distrik menjadi persiapan pemenuhan syarat administrasi dalam memekarkan kabupaten yang sekarang disebut Kabupaten Dogiyai.

Sejak 20 Maret hingga saat ini belum menampakkan hasil dalam meletakkan pola pembangunan, yang terlihat adalah hanya pembentukan kelembagaan Birokrasi pemerintahan. Sesuai dengan ketentuan organisasi yang bersifat bagan mini (mini kelembagaan) sudah terbentuk dan hal itu sama dengan semua kabupaten pemekaran di seluruh Indonesia.

Dalam penempatan struktural pemerintahan kabupaten Dogiyai tidak akan lepas dari aturan kepegawaian, dalam pelantikan yang sudah berlangsung beberapa bulan lalu, lebih mengedepankan aturan kepegawaian. Penyiapan birokrasi menjadi tugas pokok seorang pejabat bupati. “Saya memiliki empat tugas utama, dan lebih pada penyiapan, baik birokrasi, pembentukan lembaga KPU dan membangun sarana dan prasarana serta pola pembangunan,” katanya.

Sejak pekan ketiga bulan Agustus, pejabat bupati melakukan kunjungan perdana di distrik Mapia. Di sana bupati mendengar harapan pembangunan Dogiyai yang diiming-imingi menuju kemandirian hidup. Saat berkunjung ke Mapia, mereka meminta beberapa kehendak pembangunan adalah inisiasinya agar terjadi perubahan dalam pola hidup masyarakat setelah terjadi pemekaran.

Menjawab keinginan warga, pejabat bupati hanya mengatakan, dirinya memiliki 4 (empat) tugas pokok untuk kabupaten kabupaten administratif. Penyampaian pola pembangunan sebaiknya akan disampaikan kepada bupati devinitif setelah tahun 2009. Meski telah dipahami bahwa pemekaran memperpendek rentang kendali pelayanan pemerintah kepada masyarakat, namun untuk membangun tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Membangun selalu bertolak dari perencanaan yang matang, memperhitungkan untung dan rugi terhadap pembangunan dan kemampuan biaya.

Berbagai harapan rakyat yang menghendaki pola pembangunan menurut versi masyarakat dapat menguntungkan. Walaupun demikian pemerintah tetap kembali berpedoman membangun daerah pada master plan.

Kabupaten Dogiyai terdiri dari 10 Distrik, masing-masing Distrik Kamu, Distrik Mapia, Distrik Kamu Selatan, Distrik Kamu Utara, Distrik Unito, Distrik Piyaiye, Distrik Dogiyai, Distrik Mapia Barat, Distrik Mapia Timur, Distrik Ugapuga. Membangun 10 distrik yang ada di wilayah Dogiyai membutuhkan waktu, apalagi ada beberapa distrik ada pada posisi medan yang begitu memperihatinkan dengan kondisi wilayah. Terutama di wilayah Mapia, di sana ada dua distrik membutuhkan waktu dan tenaga, serta biaya. Distrik Unito (Sukikai Selatan) dan Distrik Piyaiye. Untuk membangun wilayah-wilayah itu membutuhkan kesadaran masyarakat sebab sekalipun sudah menjadi kabupaten sendiri akan tetapi membutuhkan waktu yang panjang.


Proteksi Keterlibatan Masyarakat

Kabupaten ini masih berumur jagung. Baru beberapa bulan lalu kabupaten ini diresmikan oleh Mendagri. Pemekaran ini hadir untuk membangun wilayah pedalaman yang terkesan terlupakan dalam pelayanan pemerintah. Masyarakat di sana membutuhkan pelayanan pemerintah. Terlihat dari mimik warga membutuhkan suatu perubahan pembangunan. Ungkapan kegembiraan masyarakat atas hadirnya pemekaran memiliki idealisme agar warga masyarakat yang sebelumnya hidup dalam keterpurukan.

Suatu persoalan yang tak dapat disangkal, bahwa hidup masyarakat pedalaman Papua tergolong termarginal karena pelayanan yang tidak maksimal. Karena luasnya jangkauan pemerintah mengakibatkan fatalnya terhadap program–program pembangunan.

Apa yang diutarakan di atas merupakan program pemerintah atas pemekaran, namun dalam konteks pembangunan perlu keterlibatan masyarakat menjadi suatu keinginan yang tak akan pudar.

Masyarakat Dogiyai berkehendak agar dalam pembangunan ikut berpikir dan terlibat dalam program pembangunan. Subyek pembangunan adalah masyarakat. Sebuah kelompok sosial memiliki hak atas semua potensi yang ada dalam wilayah itu. Hal ini perlu dicerna bahwa pemekaran ada untuk dan karena keprihatinan serta mau mengangkat harkat dan martabat masyarakat lokal yang adalah manusia yang sudah lama ada di sana. Di sebuah wilayah tentunya tidak hanya satu kelompok yang berpikir untuk masalah pembangunan, hampir semua manusia berkehendak agar membangun dalam ketenangan terus berpacu demi kepentingan rakyat bersama.

Sebaiknya perlu meniadakan berbagai skat-skat yang dibangun untuk memandulkan pembangunan. Walaupun semua itu bertolak dari keinginan yang luhur demi rakyat. Tetapi yang harus dipandang adalah soal status kabupaten yang belum memiliki kewenangan yang banyak untuk membangun daerah itu. Mari kita bersatu untuk membangun Dogiyai.


Sumber:http://www.kabarindonesia.com
BACA TRUZZ... - Jalan Menuju Kemandirian Dogiyai

 
 
 

Pengikut

Daftar Isi