Kirim Berita Anda Melalui E_mail Kami

ipmadokorwilsesal@gmail.com

Money Politic Calon Kandidat Dogiyai, Tidak Menjamin Kesejahteraan Masyarakat Dogiyai

Sabtu, November 06, 2010


Oleh Agustinus Dogomo

Dalam tulisan ini, penulis tidak ingin menghakimi kandidat siapa saja yang akan mencalonkan diri di Kabupaten Dogiyai. Tetapi ingin mengingatkan saja, bahwa kalau berpolitik mengunakan politik Uang maka tidak akan mensejaterakan rakyat Kebupaten Dogiyai. Oleh sebab itu, stop money politic.

Kabupaten Dogiyai secara resmi dimekarkan dari kabupaten induk Nabire dengan nomor 8 tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Dogiyai di Provinsi Papua. Pada tanggal 28 Juni 2008 resmi menjadi kabupaten karateker dengan bupati karateker Drs. Adauktus Tekerubun. Kabupaten Dogiyai yang berusia 2 tahun ini akan mengelar pesta demokrasi (pemilihan kepala Daerah) yang pertama. Secara otomatis dari status kabupaten Karateker akan menjadi Kabupaten Defenitif.

Karena ini merupakan pemilihan kepala daerah yang pertama maka jangan ada yang namanya mengunakan maney politic (Politik Uang). Mengapa demikian? Karena kalau money politic (Politik Uang) yang terjadi, calon kandidat membeli suara rakyat, dan otomatis tidak memerhatikan, menjamim kesejahteraan masyarakat Kabupaten Dogiyai. Dengan alas an bahwa calon kandidat telah membeli suara rakyat, dan terlepas dari tanggungjawab melayani masyarakat.

Belajar dari pengalaman pemilihan kepala daerah lain, bahwa setelah melakukan pemilihan umun kepala daerah yang terpilih kadang hilang. Menjadi kepala daerah sebagai tempat untuk memupuk kekayaannya. Karena, calon kandidat bertatap muka dengan masyarakat umum ketika kampanye dan selanjutnya setelah terpilih akan hilang. Jangan sampai Kabupaten Dogiyai juga terjadi demikian. Padahal menjadi kepala daerah untuk melayani masyarakat. Itulah money politic (Politik Uang).

Hal terselubung yang akan terjadi apa bila di lakukan yang namanya money politic yaitu semua uang pembangunan akan lari ke orang atau pengusaha yang sudah sebelumnya mengadakan kontrak atau kerja sama dengan calon kandidat. Kalau uang lari kesana maka apa yang akan terjadi dengan pembangunan di kabupaten Dogiyai yang berusia mudah ini. Apa yang akan terjadi dengan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Dogiyai.

Akhir kata, harus dicamkan bahwa calon kandidat Kabupaten Dogiyai jangan berpolitik dengan mengunakan uang tetapi harus berpolitik yang bermartabat. Sedangkan masyarakat Kabupaten Dogiyai harus tahu bahwa jangan menerima calon kandidat yang memberikan uang karena itu sungguh tidak menjamin kesejahteraan masyarakat Kabupaten Dogiyai.


Mahasiswa Jurusan Pemetintahan, Semester III, Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakart
BACA TRUZZ... - Money Politic Calon Kandidat Dogiyai, Tidak Menjamin Kesejahteraan Masyarakat Dogiyai

BERKUALITASKAH PENDIDIKAN KITA [DI PAPUA]?

Minggu, Oktober 31, 2010


Oleh: Yohanes Kuayo

Inilah saatnya kita melihat dengan mata hati akan kualitas pendidikan di Papua, bukan hanya harus mengatakan pendidikan di Papua sangat buruk buruk, namun juga boleh dikatakan maju, karena anak negeri Papua sudah mulai bersaing dengan daerah lain, hal ini menunjukan putra/i negeri Papua sudah mulai keluar ke tingkat internasional dan bersaing di luar negri. Meski fakta menunjukan bahwa pendidikan di tanah Papua masih terbaik tetapi ada pihak juga yang menilai kondisi pendidikan di Papua saat ini sudah mengalami kesulitan dalam hal pembangunan fisik, kualitas guru, serta tidak memadainya fasilitas yang dimiliki setiap sekolah. Memang hal ini dibenarkan karena pihak yang berwajib dalam hal ini pemerintah daerah seakan-akan tidak secara serius memerhatikan pendidikan di Papua. Anak negeri Papua mulai bersaing dengan daerah yang lain menandakan Papua sudah maju beberapa langkah walaupun banyak ada hal yang perlu dibenahi dan diperhatikan secara serius seperti beberapa contoh yang sudah dituliskan sebelumnya. Sangat disayangkan kondisi pendidikan di Papua yang hanya dipandang sebelah mata.

Sementara itu proses membangun karakter masing-masing anak didik sudah ada keperdulian dari orang tua dan pemerintah dalam mencerdaskan anak negri Papua. Tapi sayang masih banyak anak-anak Papua yang belum bisa membaca di tingkat SD sebagai contoh di daerah pedalaman di Papua atau daerah lainnya yang tidak mendapatnkan pendidikan yang layak. Seharusnya pemerintah daerah menyediakan tenaga pendidik yang professional, karena seorang pendidik mempunyai peran penting dalam pendidikan itu sendiri sementara yang dilakukan terhadap daerah pedalaman atau daerah yang tertinggal akan pendidikan masih jauh dari yang seharusnya diterapkan. Tenaga pendidik bukan cuma datang untuk mencari pekerjaan demi kepentingan pribadi dan jabatan atau pun tujuan lain yang mengatasnamakan bahwa peduli dengan pendidikan.

Terlepas dari itu, Dewan Persekutuan Masyarakat Adat Mapia (DPMAM) Bomomani, Distrik Mapia Kabupaten Dogiyai mengatakan guru- guru yang ada sekarang di seluruh Kampung masih juga banyak yang meninggalkan tugas atau kewajibannya sehingga banyak anak sekolah yang tidak belajar dengan serius karena banyak guru-guru melakukan libur panjang. Dampaknya memberikan sumber daya manusia (SDM) di kampung semakin menurun.
Saya menjadi heran melihat kondisi ini, megapa? Didikan guru-guru pada jaman penjajahan Belanda masih menetap atau tinggal di kampung dan tetap setia menjalankan tugasnya sebagai seorang pengajar, walaupun mereka termasuk sudah tua dimanakan usia. Berbeda dengan pendidikan didikan jaman sekarang, walaupun dikatakan masih muda dan seharusnya mereka yang menjadi estafet untuk menjadi tenaga pendidik yang professional , namun yang terjadi malah sebaliknya mereka lebih banyak ke kota atau meninggalkan tugasnya dan berlomba-lomba bekerja di pemerintahan entalah mungkin juga menjadi pendidik itu bosan. Akibatnya kekurangan guru semakin meningkat, disamping sekolah dimana-mana mulai dibuka tanpa mempertimbangkan kapasitas dan profesionalnya guru.

Untuk menciptakan pendidikan yang baik seharusnya seorang guru mempunyai cinta kasih terhadap pekerjaan dan anak didiknya. Jika hal itu ada otomatis kemampuan pola pikir anak didiknya senakin maju. Ternyata masalah pendidikan bukan hanya sekolah-sekolah di daerah terpencil saja tetapi juga di jantung Kota masih banyak anak-anak negri Papua yang belum bisa membaca dan menulis tentang mata pelajaran yang di berikan oleh gurunya.

Tempat lain di Papua proses belajar mengajar berjalan tidak lancar karena fasilitas, guru, dan pembangunan yang tidak memadai, serta kurang pendekatannya seorang guru terhadap murid dan terkadang guru selalu menutup diri dengan segala kelemahan yang dimiliki atau sering terjadi guru dianggap lebih mengetahui segalanya dan menganggap anak murid sebagai kertas kosong yang siap di corat-coret. Saat inilah system pendidikan itu terjadi sebagaimana transfer.
Persoalan sekarang bagaimana lulusan-lulusan dari Papua ada banyak anak negri papua yang bisa bersaing dengan lulusan-lulusan dari luar Papua. Ada seorang toko adat yang mengatakan semacam kemauannya bahwa lulusan dari Papua kalau melanjutkan ke kota-kota besar selalu bersaing dalam dunia pendidikan khususnya skill individu. Hal-hal yang membuat anak-anak Papua bisa bersaing dalam dunia Pendidikan, karena faktor budaya, Alam. Selain itu sejak kecil didikan hidup mandiri yang diberikan menjadikan modal utama ketika merantau dan penyesuainnya tidak membutuhkan waktu yang lama.

Dengan ini, pemerintah daerah dalam hal ini institusi terkait perlu menyediakan perpustakan dengan kualitas buku bacaan lama maupun baru yang memadai. Memang harus diakui kualitas anak-anak negeri Papua dikatakan kurang bagus. Karena fasilitas pendukung seperti Perpustakaan, toko-toko buku, taman bacaan dan kekurangan buku ada di mana-mana. Bahkan kalau dilihat hampir semua buku-yang dipakai di Papua masih lama, walaupun tiap hari lebih dari 100 jenis judul buku dicetak oleh berbagai percetakan yang tersebar di Indonesia. Ini menandakan kondisi social dari hari-ke hari selalu berubah-ubah, sehingga meningkatkan minat baca bagi anak didik serta dilengkapi dengan buku-buku bacaan terbaru merupakan solusi paling tepat dalam mencerdaskan kehidupan putra-putri Papua. Saya amati di daerah luar Papua pada khususnya pulau Jawa mempunyai fasilitas yang mendukung anak-anak untuk mencari ilmu pengetahuan sebanyak-banyak salah satunya dari buku bacaan. Kebiasaan anak-anak di luar Papua mengisi waktu dengan membaca buku di perpustakaan dan toko-toko buku sehingga tidak heran jika kualitas pendidikan luar Papua jauh lebih bagus dari pendidikan di Papua.

Persoalan pendidikan di Papua adalah masalah serius, andaikan saja fasilitas pendukung di Papua memadai entalah mungkin saja mampu bersaing dengan teman-teman dari daerah lain dan bisa saja putra-putri Papua melebihinya. Memajukan pendidikan dan tidaknya tergantung kita semua, terutama pemerintah daerah yang hadir lebih dekat dengan rakyat untuk memerdekakan insan Papua. Majulah Pendidikan di Papua [ semoga]

Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan di STPMD/APMD Yogyakarta.

BACA TRUZZ... - BERKUALITASKAH PENDIDIKAN KITA [DI PAPUA]?

 
 
 

Pengikut

Daftar Isi