
Oleh: Maby Moaneby
Seorang guru adalah sahabat yang baik buat siswa-siswanya  bukan sebagai seorang musuh. sahabat bermain, sahabat bercerita, sahabat belajar dan lain sebagainnya. Guru-guru di papua pada umumnya menjadi musu dengan  murud-muridnya, sehingga angka putus sekolah dari tingkat SD, SMP,dan SMA semakin tinggi.
 Memang kita sadari bahwa menjadi seorang guru adalah pekerjaan yang gampang-gampang susah, karena harus memahami sifat-sifat indifidu siswa yang berbeda. Kadang ada yang terlalu cepat menangkap pelajaran yang di ajarkan dan ada juga yang menangkap pelajaran setela diulang-ulng beberapa kali.
 Kebanyakan anak–anak yang putus sekolah adalah anak-anak yang  kategori menangkap pelajaran setelah di jelaskan beberapa kali. Anak-anak ini mereka tidak mengerti jika pelajaran yang diajarkan oleh guru  bila dijelaskan Cuma satu kali,  sehingga mereka tidak bisa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru tersebut.
Bila tugas yang diberikan itu tidak di kerjakan  otomatis murit tersebut dapat sangsi atau hukuman. hukuman yang diberikan oleh guru ini bukan hukuman yang ringan namun dicambuk bertubi-tubi dengan rotan yang kering sampai anak tersebut menangis menjerit  kesakitan.
Setelah anak tersebut di cambuk oleh guru dalam  diri anak tersebut akan tumbu seribu satu macam pikiran, saya ini tidak dihargai, saya tidak diterima,  saya ini bodo dari teman-teman saya yang lain,  akhirnya tidak ada rasah percaya diri yang tumbu pada anak tersebut. Sehingga anak tersebut menjadi pemalas, tukan melawan, tidak mengerjakan tugas, terlambat datang ke sekolah, kadang jarang masuk sekolah,   dan Sampai akhirnya anak tersebut keluar sekolah.
Walaupun murid yang bertahan dan melanjutkan  jenjang pendidikan selanjutnyapun  bila Ia  perna merasakan hal yang sama seperti  murid-murit  yang keluar sekolah karena merasa tidak dihargai,  bodok dari teman-teman  lain, sifat tersebut susa untuk ditinggalkan. bahkan sifat ketidak percayaan diri ini  akan terbawa samapai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.  Sehingga sifat malu bertanya bila pelajarannya tidak mengerti, atau takut mengungkapkan jawaban  ketika guru   bertanya walaupun dia sudah tau jawabannya. 
Mengapa anak-anak  Putus sekolah..?
Jawabannya cukup sederhana yaitu  mereka ingin hidup bebas tanpa tekanan, ancaman, kemarahan dari guru di sekolah. Maka pilihan  satu-satunya yang mereka pilih adalah keluar sekolah. Memang pepata mengatakan bahwa emas ada di ujung rotan, tetapi pepata tersebut tidak berlaku lagi, karena perkembangan zaman. zaman sekarang bukan zaman belanda lagi. Cara belajar dan mengajar sudah berubah seiring perkembangan zaman.
Guru bukan tentara atau polisi di sekolah, tetapi guru adalah sahabat yang baik buat murid-muridnya.
Guru yang baik adalah:
(1).  guruh yang pintar mengendalikan emosinya,
(2). Jangan membawa persoalan-persoalan yang tidak menyenangkan dari rumah atau dari tempat lain ke dalam kelas sewaktu dia  mulai  mengajar,
(3).  Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa, 
(4).  Harus dapat menerima hidup ini sebagai mana adanya, poin ini sangat penting di pahami oleh seorang guru karena dengan adanya pemekaran  kabupaten baru ini banyak guru yang meninggalkan tugas mulia yang Tuhan berikan dan semuanya lari ke politik,
(5). Jangan mencemoohkan siswa yang tidak pandai di kelas dan jangan mempermalukan siswa (yang salah sekalipun) di muka orang banyak. Namun pangillah siswa yang bersalah dan bicaralah dengan baik-baik, tidak berbicara dan berlaku kasar pada siswa,
(6).  Jangan membeda-bedakan siswa yang pandai/mampu dan siswa yang kurang pandai/kurang mampu Serta tidak memuji secara berlebihan terhadap siswa yang pandai di hadapan siswa yang kurang pandai.
 Banyak sekali teman-teman saya yang putus  sekolah karena musu dengan guru, dari bangku   SD, SMP, SMA bahkan samapai sekarang Tingkat perguruan tinggi, karena musu dengan dosen.   Hal ini tidak perna terlepas dari kehidupan di bangku pendidikan  oleh sebab itu kita sebagai mahasiswa  yang nantinya akan terjun ke masyarakat dan menjadi pengajar  kita harus belajar dari pengalaman- pengalaman ini demi menciptakan manusia-manusia papua yang berintelektual. Agar kita bersaing dengan Negara-negara  lain yang sudah maju.
Kita tidak perlu salahkan siapa-siapa, namun marilah kita rapatkan barisan membangun sumberdaya manusia di tanah kita tercinta , tanah papua. Banyak sekolah-sekolah  yang kosong karena tidak ada guru, banyak sekali adik-adik kita yang ingin mau belajar namun mereka haus akan kehadiran seorang guru yang baik. Ini tanggung jawab kita bersama, baik Pemerintah, Mahasiswa, Pelajar, dan Masyarakat. Terutama kita masiswa sebagai orang terpelajar janganlah kita  lari ke politik semua.
Coba kita lihat guru-guru tua di kampung-kampung terpencil dengan semangat yang berkobar-kobar masih mengajar walaupun usia mereka semakin senja. Seperti Bapak Zakarias Petege di mapai, sekarang ini dalam hati Bapak Zakarias petege  ini sedang menangis mengharapkan sosok seorang pemuda yang melanjutkan tongkat estafetnya sebagai seorang guru.   Marilah kita  Wujutkan  semboyang nenek moyang suku  mee yaitu:  “UWAA KOMOKAA TOO  KOMOKAA.”
Mahasiswa Universitas Pakuan Bogor
Togel Bisnis Gelap Pihak Keamanan dan Agent
12 tahun yang lalu


1 komentar:
Om tulisanya mantab sekali
Posting Komentar
Pesan Anda